Saham Blue Chip Ini Digemari Investor Asing, Apakah Investor Lokal Perlu Beli?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih menjadi favorit investor asing. Apakah saham-saham blue chip tersebut memiliki prospek bagus untuk investasi?

Saham blue chip adalah saham lapis satu di bursa efek dengan fundamental bagus dan nilai kapitalisasi pasar besar, mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah.

Di BEI, kategori saham blue chip dikelompokkan dalam Indeks LQ45. Ada 45 saham blue chip untuk periode Agustus 2023-Februari 2024.


Merujuk RTI Business, saham blue chip yang menjadi pilihan koleksi investor asing dalam seminggu terakhir adalah saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Astra Internasional Tbk (ASII).

Selain itu, investor asing juga gemar koleksi saham pendatang baru, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrindo Jasa Kreasi Tbk (CUAN), dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) sedang jadi favorit investor asing.

Pada periode yang sama, investor asing melepas sejumlah saham blue chip sektor perbankan, yakni saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).

RTI mencatat investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 627,32 miliar pada Senin 11 Desember 2023. Mengakumulasi net sell senilai Rp 15,35 triliun sejak awal tahun 2023. Bahkan ketika IHSG melonjak 1,41% ke level 7.159,59 pada pekan lalu, investor asing justru mencatatkan net sell Rp 1,07 triliun.

Rekomendasi saham blue chip

Lalu, apakah saham blue chip pilihan investor asing di atas layak untuk dibeli?

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus melihat rotasi sektor sebagai strategi yang wajar dilakukan oleh investor asing. Langkah ini biasanya juga dibarengi dengan upaya diversifikasi.

"Rotasi menjadi salah satu poin penting untuk menjaga expected return. Kami melihat saat ini ada yang dikurangi, namun ada beberapa yang terlihat ditambah," kata Nico kepada Kontan.co.id, Senin (11/12).

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer mengamati rotasi sektor yang terjadi masih bersifat minor. Dia turut memandang posisi net sell saat ini merupakan kombinasi dari diversifikasi portofolio akhir tahun, serta rotasi sektoral memanfaatkan momentum window dressing.

Sedangkan Robin Haryadi, Analis & Branch Manager Jasa Utama Capital Sekuritas Solo menilai investor asing hanya mengurangi porsi pada saham-saham big bank yang secara fundamental masih apik. Kemudian, investor asing beralih pada saham-saham yang sedang diiringi oleh sentimen positif.

"Saham-saham yang sedang dilepas asing tentu berbeda-beda analisanya. Bagaimana pun tetap diperlukan fundamental solid untuk memilih saham, yang walaupun dijual asing tapi prospek ke depannya bagus," kata Robin.

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Untuk Perdagangan Selasa (12/12)

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengamini, net sell terhadap saham-saham big bank seperti BBCA tidak berhubungan dengan fundamental dan prospek perusahaan yang masih solid. Hanya saja, tren pergerakan saham BBCA memang cenderung mengalami fase konsolidasi harga di tahun ini.

"Trennya flat karena sebelumnya BBCA sudah melonjak cukup tinggi, sehingga investor asing lebih memilih melakukan profit taking dalam beberapa periode di tahun ini," imbuh Arjun.

Pada saat bersamaan, investor asing turut melirik saham-saham yang terpapar euforia pasar. Yakni saham yang sejak listing langsung melejit tinggi seperti AMMN dan BREN. "Sehingga membuat kecenderungan net buy," imbuh Arjun.

Momentum Buy on Weakness

Ketika ada emiten berfundamental apik dilepas oleh investor asing, bukan berarti prospek sahamnya meredup. Helen, selaku Senior Equity Analyst Phillip Sekuritas Indonesia melihat momentum koreksi ini justru bisa menjadi peluang untuk mengoleksi saham di harga yang lebih rendah.

Menurut Helen, momentum ini bisa dimanfaatkan untuk menjalankan strategi buy on weakness. Hanya saja, Helen menekankan agar pelaku pasar domestik jangan hanya mengekor posisi net buy atau net sell dari investor asing.

Mesti tetap jeli mencermati pergerakan teknikal, sentimen yang sedang mengiringi, valuasi, serta prospek kinerja emiten. Adapun, posisi net sell dari investor asing bisa terjadi karena aksi profit taking maupun antisipasi terhadap hasil FOMC Meeting The Fed pada 11-12 Desember 2023.

Dalam FOMC Meeting pekan ini, Helen turut memperkirakan Bank Sental Amerika Serikat (AS) itu akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25%-5,5%. Nico memandang, data inflasi AS dan hasil FOMC The Fed terkait arah suku bunga acuan akan menjadi katalis penting bagi arus dana investor asing.

Sementara itu, Miftahul memprediksi FOMC The Fed hanya akan memberikan dampak minor terhadap pasar saham domestik. "Karena market sudah mencerminkan kondisi makro ekonomi saat ini," jelas Miftahul.

Dia mengamati ada beberapa saham yang sedang diakumulasi pada sektor keuangan, bidang pariwisata, telekomunikasi dan consumer goods yang punya market cap dan pangsa pasar kuat. "Adanya momentum akhir tahun akan menambah sentimen positif pada saham-saham berkinerja bagus serta market cap besar," ungkap Miftahul.

Sedangkan Arjun tetap menjagokan empat saham big bank yakni BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI, serta saham big cap dari sektor konsumen primer dan properti. Investor antara lain bisa melirik PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA).

Helen turut menyodorkan empat saham big bank, bersama dengan ICBP dan ASII. Menimbang prospek fundamental dan valuasi, Nico punya rekomendasi yang sama, ditambah dengan saham TLKM.

Sementara itu, Robin melirik saham yang terkait dengan bidang telekomunikasi dan digital. Saham pilihannya adalah TLKM, PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Indosat Tbk (ISAT), dan PT XL Axiata Tbk (EXCL).

Padap perdagangan Senin 11 Desember 2023, harga saham EXCL terkoreksi ke level 1.945, turun 95 poin atau 4,66% dibandingkan sehari sebelumnya.

Itulah rekomendasi saham blue chip untuk perdagangan hari ini, Selasa 12 Desember 2023. Ingat, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto