Saham Blue Chip Penekan IHSG 2025: BBCA, BBRI, BYAN, AMMN Layak Beli?



KONTAN.CO.ID - Jakarta. Di tengah penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2025, sejumlah saham justru menjadi pemberat laju indeks. Bahkan beberapa saham diantaranya adalah blue chip. Apakah saham blue chip yang turun harga tersebut layak dibeli atau dijual?

Saham blue chip adalah saham lapis satu yang telah berpengalaman di pasar modal. Saham blue chip biasanya berasal dari perusahaan dengan kinerja keuangan yang bagus dan memiliki nilai kapitalisasi pasar besar mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah.

Di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham blue chip biasanya menjadi indeks mayor seperti LQ45. Indeks LQ45 sepanjang tahun ini hingga 19 Desember 2025 di level 853,54 naik 16,33 poin 1,95%. Sedangkan IHSG tercatat menguat 21,61% secara year to date (YtD) hingga akhir perdagangan Jumat (19/12/2025).


Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham anggota LQ45 yang masih melemah adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). BBCA menjadi saham yang paling menggerus IHSG sepanjang 2025. Saham BBCA terkoreksi 16,80% dan menekan IHSG sebesar 99,72 poin.

Tekanan BBCA terhadap IHSG terbilang signifikan mengingat bank swasta terbesar ini memiliki kapitalisasi pasar terbesar kedua di BEI. Hingga penutupan perdagangan Jumat (19/12/2025), kapitalisasi pasar BBCA mencapai sekitar Rp 982 triliun.

Baca Juga: Bea Keluar Emas Berlaku Besok (23/12), Ini Dampaknya ke Saham UNTR ANTM BRMS & PSAB

Selanjutnya, saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) juga menjadi salah satu pemberat utama IHSG. Sepanjang 2025, saham BYAN turun 21,23% dan menekan IHSG sebesar 72,68 poin. Masih dari sektor energi, saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) turut menggerus IHSG sebesar 69,05 poin.

Dari sektor perbankan pelat merah, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga tercatat menjadi penekan indeks. Saham BMRI terkoreksi 9,21% dan menekan IHSG sebesar 51,02 poin, sementara saham BBRI turun 7,60% dengan kontribusi penurunan IHSG sebesar 46,99 poin.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menilai meski menjadi pemberat IHSG pada 2025, saham BBCA dan BBRI justru menarik untuk dicermati sebagai peluang investasi pada 2026.

Tonton: KPK Bongkar Sindikat Mafia Hukum, Jaksa Hulu Sungai Utara Jadi Tersangka

Dalam proyeksinya, Liza menetapkan target harga saham BBRI dalam 12 bulan ke depan di level Rp 4.620 per saham, sementara target harga BBCA berada di Rp 9.100 per saham.

“BBRI mulai menunjukkan perbaikan di segmen mikro, terutama dari normalisasi rasio kredit bermasalah (NPL) serta dukungan stimulus kredit produktif,” ujar Liza kepada Kontan, akhir pekan lalu.

Selain itu, BBRI juga akan membagikan dividen interim sebesar Rp 20,63 triliun atau setara Rp 137 per saham. Dengan harga penutupan saham BBRI pada Jumat (19/12/2025) di level Rp 3.770 per saham, dividend yield BBRI mencapai sekitar 3,63%.

Sementara itu, BBCA dinilai masih menjadi bank dengan kinerja paling solid dibandingkan bank-bank besar lainnya. Saham BBCA juga didukung oleh agenda buyback saham oleh manajemen, pertumbuhan penyaluran kredit yang membaik, serta potensi peningkatan aktivitas transaksi pada 2026.

“Secara valuasi, saham BBCA masih berada pada level fair hingga undervalued,” pungkas Liza.

IHSG di 2026 Siap Melejit ke 10.500
© 2025 Konten oleh Kontan
.

Hingga akhir perdagangan Jumat (19/12/2025), 

Selanjutnya: Harga Minyakita Melampaui Harga Acuan

Menarik Dibaca: Telegram Rilis Fitur Baru Passkeys untuk Login Tanpa Kode SMS & OTP yang Ribet

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News