KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham PT Bukalapak.com Tbk (
BUKA) terkoreksi 0,71% ke harga Rp 700 per saham pada penutupan perdagangan sesi 1 pada Senin (19/10). Dalam sepekan, harga saham BUKA telah turun 4,76%. Harga saham BUKA masih sulit bangkit dan kian menjauh dari harga IPO yang dipatok sebesar Rp 850 per saham. Rachmat Kaimuddin, CEO Bukalapak mengatakan, Manajemen Bukalapak terus memperhatikan fluktuasi pergerakan harga saham BUKA. Rachmat menambahkan, pihaknya berupaya untuk menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham dengan terus meningkatkan kinerja. “Karena dari sisi market, ada banyak sekali faktor-faktor yang bergerak dan kami fokus pada yang bisa kami kendalikan,” terangnya dalam paparan publik secara virtual, Selasa (19/10).
Direktur BUKA, Teddy Nuryanto Oetomo juga menuturkan pergerakan saham BUKA di luar kontrol Manajemen dan lebih ditentukan oleh mekanisme pasar. Yang jelas, kini dari BUKA terus mengedepankan performa dari perusahaan.
Baca Juga: Merosot lagi, harga saham Bukalapak.com (BUKA) makin jauh dari harga IPO Terlebih, dengan terlaksananya gelaran IPO pada Agustus lalu diyakini dapat menjadi amunisi tambahan guna mengungkit kinerja ke depannya. Pada semester pertama tahun ini, kinerja BUKA terpantau mengalami perbaikan. Dimana, Total Processing Value (TPV) perusahaan selama kuartal II-2021 tumbuh 56% menjadi Rp 29,4 triliun. TPV Bukalapak melesat 54% di semester I-2021 dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Alhasil, TPV Bukalapak sepanjang enam bulan pertama 2021 mencapai 56,7 triliun.
Pertumbuhan TPV Bukalapak didukung oleh kenaikan jumlah transaksi sebesar 15% dan kenaikan sebesar 34% pada Average Transaction Value (ATV) sepanjang semester I-2020 sampai dengan semester I-2021.
Baca Juga: IHSG menguat ke 6.658 pada Senin (18/10), BBRI, BMRI, TOWR banyak dibeli asing Sebanyak 75% TPV Bukalapak selama semester I-2021 berasal dari luar daerah Tier 1 di Indonesia, atau di daerah di mana penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi warung-warung kecil ritel terus menunjukan pertumbuhan.
Editor: Noverius Laoli