Saham BUMN infrastruktur menopang kinerja IDX BUMN20



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan indeks emiten BUMN (IDX BUMN20) sejak awal tahun terus menghijau. Sejak awal tahun, indeks IDX BUMN20 menguat 9,47% hingga Kamis (11/4). Kenaikan IDX BUMN20 ini jauh lebih tinggi daripada kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 3,48% dan LQ45 sebesar 2,57% pada periode yang sama.

Menghijaunya indeks BUMN20 tak bisa dilepaskan dari pergerakan dan kinerja positif beberapa BUMN di berbagai sektor, seperti properti dan konstruksi bangunan. Ada empat BUMN yang meramaikan sektor ini diantaranya adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), dan PT PP Properti Tbk (PPRO).

Bila ditinjau dari laporan keuangannya, WIKA memimpin pertumbuhan pendapatan tertinggi dibanding dengan dua emiten konstruksi bangunan indeks BUMN20 lainnya. Harga saham WIKA pun memimpin BUMN konstruksi penghuni IDX BUMN20.


Sejak awal tahun hingga kemarin, harga saham WIKA naik 29,31%. Harga saham WIKA mencatat kenaikan tertinggi di antara saham-saham emiten konstruksi BUMN lainnya. Harga saham PPRO pun naik sebesar 21,37% secara year to date (ytd). Harga saham WSKT naik 18,75% dan ADHI sebesar 2,52%. 

Sedangkan emiten di luar indeks BUMN20, juga terus menguat. Harga saham PTPP tumbuh sebesar 24,65% sejak awal tahun. Harga saham PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) bahkan melonjak 72,50% sejak awal tahun.

Menurut analis BCA Sekuritas Achmad Yaki, kinerja keuangan yang cenderung positif itu turut mendorong pergerakan sahamnya. Ia menilai fundamental dan teknikal emiten itu cenderung sejalan.

Achmad mengatakan, fokus pemerintah pada pembangunan infrastruktur menjadi katalis positif bagi perusahaan-perusahaan tersebut. Menurutnya, tren positif itu bisa tetap berlanjut pada tahun ini. “Kalau kita lihat pemerintah sekarang masih mau mendorong pertumbuhan ekonomi dengan membangun sarana,” jelas Achmad kepada Kontan.co.id, Jumat (12/4).

Sedangkan Kepala Riset Artha Sekuritas, Frederik Rasali bilang, untuk sektor tersebut investor juga perlu memperhatikan aliran uang yang ada dalam perusahaan itu. “Kita juga mesti lihat bagaimana cash flow-nya. Perhatikan juga rasio utang terhadap modalnya,” kata Frederik, Jumat (12/4).

Masing-masing analis memperingatkan potensi yang mengintai dibalik positifnya kinerja BUMN sektor konstruksi. Achmad menyoroti kerap terlambatnya pembayaran uang proyek dari pemerintah kepada perusahaan yang berpotensi mengganggu kinerja. “Bila seperti itu akhirnya aliran uangnya (cash flow) agak tersendat,” kata Achmad.

Sedangkan Frederik mengingatkan mengenai kinerja sektor konstruksi yang bisa jadi tidak akan sementereng tahun lalu pertumbuhannya. Ia mengungkapkan bahwa dalam APBN 2019, pertumbuhan alokasi pemerintah untuk pembangunan infrastruktur sebesar 1,04% saja pada tahun ini.

Menurutnya pemerintah seperti akan sedikit mengendurkan pembangunan mega-proyek dan fokus pada proyek-proyek finishing. “Sehingga lebih baik investor bisa mencermati saham-saham perusahaan yang memiliki diversifikasi usaha lain,” terang Frederik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati