ATLANTA. Ketidakpastian ekonomi dunia masih membayangi. Buruknya data ekonomi Jerman dan revisi pertumbuhan ekonomi dunia dari Dana Moneter Internasional (IMF) menebarkan ketakutan di mata investor.Di tengah anjloknya bursa saham global, saham Coca-Cola Co justru terbang tinggi. Saham Coca-Cola mencetak rekor tertinggi dalam 16 tahun terakhir menjadi US$ 44,47 per saham pada penutupan perdagangan Jumat (10/10). Di tengah kepanikan, saham Coca-Cola kembali menjadi idola investor, kendati secara fundamental melempem. Investor memburu saham Coca-Cola, sesaat setelah pemegang saham memberi sinyal ingin memecat Muhtar Kent sebagai Chief Executive Officer (CEO) lantaran dianggap lamban menerapkan efisiensi. "Kepercayaan diri investor terhadap Coca-Cola telah kembali. Mereka memanfaatkan situasi pasar sekaligus percaya bahwa Coca-Cola bisa melakukan penghematan," ujar Ali Dibadj, analis Sanford C. Bernstein seperti dikutip Bloomberg. Kenaikan saham juga dipicu selera analis yang ramai-ramai merekomendasikan beli saham Coca-Cola. Misal, Bonnie Herzog, analis Wells Fargo & Co. "Kami yakin Coca-Cola tetap tumbuh di pasar non alkohol. Coca-Cola adalah saham yang bisa memberikan return konsisten bagi pemegang saham dalam jangka panjang," ujar Herzog dalam risetnya.
Saham Coca-Cola diburu investor
ATLANTA. Ketidakpastian ekonomi dunia masih membayangi. Buruknya data ekonomi Jerman dan revisi pertumbuhan ekonomi dunia dari Dana Moneter Internasional (IMF) menebarkan ketakutan di mata investor.Di tengah anjloknya bursa saham global, saham Coca-Cola Co justru terbang tinggi. Saham Coca-Cola mencetak rekor tertinggi dalam 16 tahun terakhir menjadi US$ 44,47 per saham pada penutupan perdagangan Jumat (10/10). Di tengah kepanikan, saham Coca-Cola kembali menjadi idola investor, kendati secara fundamental melempem. Investor memburu saham Coca-Cola, sesaat setelah pemegang saham memberi sinyal ingin memecat Muhtar Kent sebagai Chief Executive Officer (CEO) lantaran dianggap lamban menerapkan efisiensi. "Kepercayaan diri investor terhadap Coca-Cola telah kembali. Mereka memanfaatkan situasi pasar sekaligus percaya bahwa Coca-Cola bisa melakukan penghematan," ujar Ali Dibadj, analis Sanford C. Bernstein seperti dikutip Bloomberg. Kenaikan saham juga dipicu selera analis yang ramai-ramai merekomendasikan beli saham Coca-Cola. Misal, Bonnie Herzog, analis Wells Fargo & Co. "Kami yakin Coca-Cola tetap tumbuh di pasar non alkohol. Coca-Cola adalah saham yang bisa memberikan return konsisten bagi pemegang saham dalam jangka panjang," ujar Herzog dalam risetnya.