KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks sektor energi masih alami tekanan sejak awal tahun. Penurunan indeks ini menjadi terbesar kedua sebesar 8,48% setelah papan pengembangan. Pada penutupan Kamis (30/3), sejumlah saham batubara juga mengalami koreksi. Antara lain, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) terkoreksi 0,35% ke Rp 2.870, PT Indo Tambang Raya Megah Tbk (
ITMG) turun 3,98% ke Rp 39.175. Kemudian PT Bumi Resources (
BUMI) turun 5,26% ke Rp 126, PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) 1,02% ke Rp 3.870, PT Harum Energy Tbk (
HRUM) sebesar 1,67% ke Rp 1.475, dan PT Golden Energy Mines Tbk. (
GEMS) yang terkoreksi 0,38% ke Rp 6.500.
Dari sejumlah emiten tersebut, mayoritas juga masih terkoreksi sahamnya sejak awal tahun. Hanya PTBA dan ITMG yang tercatat masih naik, masing-masing 4,88% dan 0,38%.
Baca Juga: Harga Batubara Terus Turun, Simak Rekomendasi Saham Adaro Minerals (ADMR) Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, penurunan harga saham emiten batubara dipengaruhi volatilitas harga batubara global. Sebagai informasi, berdasarkan data investing.com harga batu bara Newcastle berada di level US$ 173 per ton data per Kamis, 30 Maret 2023. Harga batubara Newcastle ini turun 2,04% dibanding penutupan hari sebelumnya yang diperdagangkan US$ 176,6 per ton. Untuk rentang data setahun, batubara Newcastle telah mengalami penurunan. Rekor tertinggi sebelumnya, sempat menyentuh level US$ 457,8 per ton. Harga batubara Newcastle sempat berada di titik terendah US$ 172,25 per ton pada Senin, 20 Maret 2023. Kemudian untuk titik tertinggi pada tahun ini pernah berada di kisaran US$ 397,5 per ton. Nafan mencermati, saat ini
support Coal Newcastle Futures di US$ 157,5 per ton. Sementara
resistance pada level US$ 185,25 per ton. Dengan posisi harga tersebut, kinerja keuangan emiten batubara tidak akan setinggi tahun lalu. "Dengan tren penurunan, otomatis risiko terkait volatilitas harga batubara itu mempengaruhi harga saham emiten batubara. Jadi, penurunan itu karena terjadi
price-in dari penurunan harga batubara dunia," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (30/3). Selain harga, pelemahan saham emiten batubara juga meningkatnya risiko resesi global yang dinilai mempengaruhi lesunya permintaan. Di sisi lain, pulihnya ekonomi Tiongkok dinilai bisa meningkatkan permintaan batubara. Ia melihat Tiongkok menjadi harapan masyarakat internasional karena salah satu negara
super power di perekonomian. Tiongkok memiliki permintaan yang tinggi dalam rangka memenuhi kebutuhan energi guna menggenjot ekonominya. "Tiongkok sudah meninggalkan
zero covid policy, jadi perekonomiannya diproyeksikan akan pulih dan diharapkan meningkatkan permintaan di sektor batubara yang ujungnya diharapkan bisa membuat harga batubara kembali terapresiasi," jelasnya.
Baca Juga: Punya Prospek Cerah Tahun Ini, Simak Rekomendasi Saham Sido Muncul (SIDO) Selain itu, sentimen pendukung lainnya dari pembagian dividen tahun buku 2022. Dengan capaian kinerja cemerlang, diperkirakan
yield dividend yang akan dibagikan akan tinggi. Adapun ITMG telah mengumumkan akan membagikan dividen tunai untuk tahun buku 2022. Perseroan bakal membagikan dividen sebesar US$ 474,6 juta atau setara dengan Rp 6.416 per saham. Mengacu harga terakhir,
yield dividend ITMG sebesar 16,37%. "Hal itu bisa meningkatkan animo pelaku pasar, apalagi di tengah koreksi harga saat ini investor bisa memanfaatkan level
support untuk akumulasi," sebutnya.
Dari sejumlah emiten batubara, Nafan merekomendasikan
add ITMG dengan target harga terdekat Rp 40.000, akumulasi PTBA Rp 4.020, dan
buy on weakness ADRO Rp 3.040.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi