KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas saham berbasis komoditas energi masih betah di zona merah. Sejak awal tahun alias secara
year-to-date (YtD), sejumlah saham tambang batubara dan migas masih terkoreksi. Hal ini tercermin dari Indeks IDX Energy yang masih menjadi indeks sektoral dengan kinerja terburuk di Bursa Efek Indonesia. Secara YtD, indeks yang berisikan saham-saham komoditas energi ini masih terkoreksi 13,41%. Di sektor pertambangan batubara, sebut saja ada saham PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) yang melemah 23,31%, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG) melemah 28,2%, dan saham PT Indika Energy Tbk (
INDY) melemah 21,98%.
Bahkan, saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) anjlok hingga 36,36% sejak awal tahun. Nasib berbeda dialami oleh saham PT United Tractors Tbk (
UNTR) yang menguat tipis 1,15%
Baca Juga: Cetak Kinerja Moncer di Semester I-2023, Begini Rekomendasi Saham Sektor Multifinance Di sektor tambang migas, saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS) merosot hingga 22,44% dan saham PT Rukun Raharja Tbk (
RAJA) melemah 10,53%. Hanya saja, saham PT Elnusa Tbk (
ELSA) berhasil naik 21,15% dan saham PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC) naik 7,39% sejak awal tahun Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menyebut, pergerakan saham batubara sebetulnya relatif masih sejalan dengan sentimen harga komoditasnya. Namun, dengan melihat pelemahan harga batubara yang tidak seagresif periode kuartal pertama kemarin, Ivan memperkirakan saham komoditas tambang sudah masuk fase koreksi
wave 5. Ini artinya, saham-saham tersebut hampir masuk ke fase
rebound. “Saham-saham batubara sendiri justru telah
bottoming sebelumnya dan sudah lebih dahulu mengindikasikan adanya tren
reversal," kata Ivan kepada Kontan.co.id, Kamis (27/7). Memang, jika mengambil periode perdagangan yang lebih singkat, mayoritas saham di sektor energi sudah banyak yang singgah di zona hijau. Misal, dalam sebulan perdagangan, saham ADRO, ITMG, dan INDY sudah menguat masing-masing 9,87%, 17,26%, dan 10,94%. Saham sektor energi dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa, yakni PT Bayan Resources Tbk (
BYAN) bahkan menguat hingga 34,42%. Padahal sejak awal tahun saham BYAN terkoreksi tipis 1,43%. Meski demikian, analis Phillip Sekuritas Indonesia Joshua Marcius menilai, kebanyakan saham tambang masih bergerak dalam tren
bearish jangka panjang. Secara teknikal, pergerakan saham-saham in masih tertahan di bawah EMA200 sehingga masih ada kemungkinan untuk melanjutkan penurunan. Menurut Joshua, kenaikan yang terjadi pada beberapa waktu belakangan ini kemungkinan merupakan
secondary reaction dari tren
bearish jangka panjang.
Baca Juga: Kinerja Solid, Simak Rekomendasi Saham Pertamina Geothermal (PGEO) Berikut Ini Ivan menilai, pelaku pasar bisa mencermati saham-saham energi, khususnya sektor batubara yang dapat mulai dilakukan akumulasi, di antaranya saham ITMG dengan target Rp 31.800, PTBA dengan target Rp 3.200, ADRO dengan target Rp 2.700, INDY dengan target harga Rp 2.380, dan UNTR dengan target Rp 28.050. Sementara menurut Joshua, secara teknikal saham komoditas energi yang menarik untuk cermati adalah saham UNTR. Hal ini karena terjadi penembusan pada pola
trendline bearish yang diikuti dengan pergerakan yang mulai bergerak di atas EMA200 pada hari ini (27/7).
Sehingga, ada peluang UNTR untuk mengalami penguatan atau menyentuh area
resistance pada level Rp 28.175 selama bergerak di atas area
support Rp 24.400.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi