JAKARTA. Akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, sejumlah emiten konstruksi harus merevisi target pendapatannya di tahun ini. Salah satunya PT Adhi Karya Tbk (ADHI) yang terpaksa harus menurunkan target pendapatannya. Emiten konstruksi tersebut memangkas target pendapatan sebesar Rp 3 triliun menjadi hanya Rp 10 triliun dari awalnya Rp 13 triliun. Manajemen ADHI pun sudah menyampaikan akan merevisi target pendapatan di sepanjang tahun ini kepada publik. Tak ayal, hal itu membuat harga saham ADHI merosot. Pada perdagangan Jumat lalu (11/10) harga saham ADHI ditutup di angka 1.870. Padahal, pada periode Juli - Agustus lalu harga saham ADHI sempat berada di atas 3.000.
Itu artinya saham ADHI turun sekitar 37% dari tiga bulan lalu. Tidak hanya saham ADHI saja yang merosot, harga saham sektor emiten konstruksi bangunan yang lain juga mengalami penurunan. Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities mengakui bahwa revisi target pendapatan oleh manajemen ADHI berpengaruh dengan harga saham emiten di sektor sejenis. "ADHI itu BUMN konstruksi yang besar. Ketika mereka katakan revisi kontrak target penjualan, bagi investor itu sentimen negatif. Kalau ADHI saja merevisi target bagaimana dengan saham konstruksi yang lain," ujar Reza kepada KONTAN, akhir pekan lalu. Menurut Reza, bisa saja harga saham emiten konstruksi dapat kembali naik asalkan harus ada sentimen positif terhadap emiten tersebut. "Misalkan emiten lain yang lebih kecil dapat mengcounter dengan mengklaim kontrak kerja mereka meningkat dan tidak terpengaruh pelemahan rupiah," jelas Reza. Seperti diketahui selain ADHI, emiten konstruksi lainnya juga mengalami penurunan. Misalnya saja Harga saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang pada perdagangan Jumat kemarin (11/10) berada di angka 580. Pada bulan Juli lalu harga saham WSKT sempat berada di atas 800. Itu artinya harga saham ini turun sekitar 27,5% terhitung tiga bulan lalu.