Saham Emiten Konstruksi BUMN Masih Lesu, Begini Prospeknya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten konstruksi pelat merah masih lesu. Sejak awal tahun alias year-to-date, saham-saham konstruksi BUMN masih terkoreksi hingga dua digit.

Ambil contoh saham PT PP Tbk (PTPP) yang sejak awal tahun melemah 10,10%. Saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) juga bernasib sama, melemah 17,19% secara year-to-date. Pun demikian dengan saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI), yang masing-masing melemah 15,75% dan 19,55% secara ytd.

Lantas, bagaimana nasib saham-saham konstruksi pelat merah ini?


Baca Juga: PTPP Catatkan Kontrak Baru Sebesar Rp 10,93 Triliun pada Semester I-2022

Head of Business Development FAC Sekuritas Kenji Putera Tjahaja menilai, sektor konstruksi dalam jangka pendek sampai menengah masih dalam tekanan. Ini akibat kenaikan kasus Covid-19  yang menjadi sentimen pemberat, khususnya untuk sektor properti dan konstruksi.

Di sisi lain, purchasing managers’ index (PMI) manufaktur menurun  secara month-on-month (mom), dari bulan Mei di level 50,8 ke 50,2 di bulan Juni 2022. Tapi, indeks manufaktur yang berada di atas level 50 menunjukkan bahwa manufaktur masih dalam kondisi ekspansi.

“Untuk jangka panjang outlook-nya masih prospektif karena mempertimbangkan proyek-proyek yang sempat tertunda pasca pandemi terakhir,” terang Kenji kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: Dapat Suntikan dari Pemerintah, Beberapa Emiten BUMN Jadi Lebih Menarik

Analis Panin Sekuritas Christian Anderson Yuwono mengamini, saham-saham konstruksi memang mengalami pelemahan karena memang minim katalis positif yang membuat saham di sektor ini bisa naik kembali.

Secara teknikal, saham PTPP, WSKT, WIKA masih cenderung sideways. Namun saham ADHI sudah mulai masuk fase uptrend kembali karena telah break pattern reversal, yaitu falling wedge.  

Menurut Christian, saham-saham konstruksi sudah mulai mengalami bottoming juga dan memang berada di daerah support kuatnya setelah penurunan yang lumayan dalam.

“Rekomendasi wait and see, jika bisa break dari fase sideways maka ada peluang dari saham-saham konstruksi untuk mulai rebound kembali,” terang Christrian, Selasa (12/7).

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham dan Sektor yang Menarik Dilirik Saat Kuartal III-2022

Analis MNC Sekuritas Muhamad Rudy Setiawan memasang rating  netral untuk sektor Konstruksi di tahun ini. MNC Sekuritas melihat risk-reward di sektor ini masih cukup tinggi. Namun, Rudy meyakini sentimen pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) dan Indonesia Investment Authority (INA) bisa menjadi angin segar bagi para pelaku bisnis konstruksi untuk mengatasi kondisi neracanya.

Per kuartal pertama 2022, realisasi rata-rata kontrak baru tumbuh 163,39% yoy. Masing-masing emiten mengalami pertumbuhan raihan kontrak.

WIKA memimpin kontrak baru tertinggi, dengan nilai mencapai Rp 9,56 triliun, diikuti oleh WSKT sebesar Rp 5,68 triliun, ADHI sebesar Rp 3,9 triliun, dan PTPP di angka Rp 3,08 triliun. Rudy menilai, pertumbuhan kontrak baru yang lebih tinggi pada tiga bulan pertama 2022 sebagian besar merupakan kontrak tertunda yang diteruskan dari tahun 2021.

MNC Sekuritas merekomendasikan hold untuk saham konstruksi BUMN. Target harga masing-masing adalah ADHI Rp 750 per saham, PTPP Rp 1.100 per saham, WIKA Rp 1.150 per saham, dan WSKT Rp 880 per saham.

Risiko di sektor ini meliputi pencapaian kontrak baru yang lebih lambat, serta meningkatnya biaya material selama terjadinya booming komoditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati