Saham emiten konsumer tertekan pelemahan rupiah dan daya beli



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja saham sektor konsumer melemah sepanjang bulan Agustus 2018 lalu. Padahal, adanya pesta olahraga terbesar se-Asia alias Asian Games 2018 semestinya menjadi sentimen positif pendongkrak saham sektor konsumer. Tapi, indeks saham konsumer pada bulan lalu malah mencetak kinerja minus 0,57%.

Mengutip Bloomberg, saham PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP) menjadi saham yang harganya turun paling tajam, sebanyak 13,75%. Saham PT Prasidha Aneka Niaga Tbk dan PT Hartadinata Abadi Tbk turut bernasib sama. Kedua saham itu harganya terpangkas sebesar 9,27% dan 8,9%.

Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra mengatakan, ajang Asian Games memang turut berkontribusi, namun tidak cukup besar, jika dibandingkan dengan momen Idhul Fitri, pembagian tunjangan hari raya dan bantuan sosial. Menurutnya, hal yang akan mempengruhi sektor konsumer adalah spending pemerintah untuk pemilu yang akan berefek di emiten sektor konsumer.


Aditya mengungkapkan, secara year to date dari Januari 2018 hingga sekarang ini saham sektor konsumer memang kinerjanya tidak terlalu bagus. Selama periode tersebut, kinerja indeks saham sektor konsumer yang terbaik hanya terjadi di bulan Juli 2018 yang naik sebesar 2,37%.

Sampai semester I tahun ini, kinerja beberapa emiten besar di sektor ini masih bertumbuh namun melambat. Konsumsi masyarakat yang belum membaik, juga biaya bahan baku produksi di sektor ini yang meningkat karena penguatan dollar AS mempengaruhi kinerja emiten sektor ini.

Emiten sektor konsumer juga bingung ingin menaikkan harga lantaran daya beli masyarakat masih lemah ditambah lagi adanya pelemahan rupiah. Kondisi tersebut membuat emiten pikir-pikir untuk melakukan ekspansi.

William Siregar, analis Paramitha Alfa Sekuritas mengatakan, pelemahan saham sektor konsumer ini lebih karena efek pelemahan rupiah. Karena dengan melemahnya kurs rupiah, semua bahan baku yang akan digunakan akan meningkat. Ini otomatis akan berefek ke kenaikan harga sehingga berujung ke pelemahan daya beli masyarakat.

Ia mencontohkan sektor farmasi dan kosmetik paling terimbas karena rata-rata bahan-baku di industri farmasi dan kosmetik diperoleh dari impor yang menggunakan kurs dollar AS. Kenaikan biaya bahan baku otomatis membuat perusahaan menaikkan harga jualnya.

Untuk saat ini, William masih bersikap netral mengenai saham emiten sektor konsumer. "Untuk saham emiten sektor makanan dan minuman belum ada, namun perlu diperhatikan saham HMSP," ujarnya. Menurutnya, HMSP bisa dilirik dengan alasan bisnis tembakau menjadi produk yang tingkat konsumsi masyarakatnya tinggi.

Sementara Aditya masih merekomendasikan saham emiten konsumer yang masuk LQ 45, seperti ICBP, INDF, dan UNVR.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat