KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham emiten terafiliasi BUMN kompak turun pada akhir perdagangan, Senin (13/6). Padahal, emiten pelat merah baru saja mendapatkan sentimen positif usai Presiden Jokowi meneken Peraturan Pemerintah (PP) soal BUMN yang rugi. Saham yang turun, yakni PT Waskita Karya (Persero) Tbk (
WSKT) sebesar 6,36%. Selanjutnya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (
ADHI) yang merosot 5,96% dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (
BBTN) sebesar 5,77%. BUMN lain yang turut melemah di antaranya
IPCM,
SMGR,
TINS,
PTPP, dan
INCO, yang turun masing-masing 5,84%, 5,07%, 4,66%, 3,74%, dan 2,70%.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora melihat penurunan yang terjadi pada saham-saham BUMN karena mengikuti pelemahan yang terjadi pada IHSG. Adapun IHSG ditutup melemah 1,29% ke level 6.995,42. "PP soal BUMN yang rugi justru merupakan sentimen positif untuk pergerakan saham-sahan BUMN untuk jangka panjang," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (13/6).
Baca Juga: Laba BUMN Melesat, BTN Sumbang Profit dari Sektor Pembiyaan Perumahan Andhika melanjutkan pada tahun ini, sektor perbankan kinerjanya bakal bertumbuh karena perekonomian telah membaik. Sehingga penyaluran kredit bakal naik yang membuat laba bersih emiten perbankan bisa bertumbuh. Kemudian, saham BUMN Karya yang juga mencakup semen berpotensi membaik pada tahun 2022 karena Covid 19 telah terkendali, sehingga proyek-proyek konstruksi bisa berjalan lagi. "Hal ini membuat perolehan kontrak bisa naik dan laba bersih bisa naik kembali," katanya.
Sementara untuk sektor komoditas dinilainya kurang menarik. Sebabnya, saat ini harga komoditas sudah berada di akhir kenaikannya. Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rasanova juga menambahkan bahwa saham
TLKM juga masih menarik. Selain itu, ada juga saham
WIKA,
PTPP, dan
SMGR. Menurutnya, hal itu lantaran kinerja yang stabil, potensi pertumbuhan proyek pasca pemulihan dari dampak pandemi, hingga kebutuhan pembangunan properti dan infrastruktur.
Baca Juga: Ini Tujuan Kementerian BUMN Integrasikan BSI dan BTN Syariah "Secara teknikal pun saham-saham tersebut masih menarik untuk dikoleksi di tahun 2022 ini," sebutnya.
Walau begitu, ia menyarankan investor untuk
buy on weakness terlebih dahulu. Hal itu karena kondisi pasar masih rawan melanjutkan koreksi saat ini. Rekomendasinya
buy on weakness dahulu mengingat kondisi pasar masih rawan melanjutkan koreksi saat ini. "Untuk
timeframe setidaknya 1 tahun ke depan ada potensi naik. Untuk jangka pendek, kemungkinan masih ada koreksi dulu," katanya. Sementara Andhika menjagokan saham PTPP dengan rekomendasi
buy on weakness dengan
support Rp 860 dan target penguatan Rp 1.050. Lalu, WIKA
buy on weakness dengan
support Rp 895 dan target penguatan Rp 1.100, lalu BBRI
buy on weakness dengan
support Rp 4.250 dan target penguatan Rp 4.600. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli