Saham Emiten Rokok Menguat Sepekan Terakhir, Sinyal Koleksi?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meskipun dikepung sentimen negatif, harga saham para emiten rokok masih mampu bertumbuh. Sepekan terakhir, saham-saham emiten rokok berada di zona hijau.

Contohnya saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang melesat 11,08%. Lalu PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) naik 3,64%, PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) naik 5,80% dan PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) 3,25%.

Research & Consulting Manager PT Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menilai kenaikan harga emiten rokok hanya faktor teknikal. "Kenaikan terjadi karena aksi trading investor secara teknikal jangka pendek dalam memanfaatkan tren penurunan harga yang telah terjadi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (24/1).

Baca Juga: IHSG Diprediksi Menguat Pada Rabu (25/1)

Senada, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang juga melihat kenaikan tersebut cenderung karena adanya aksi bargain hunting karena kontraksi yang sudah terlalu dalam dan mayoritas sudah berada di area oversold.

"Khusus untuk GGRM, salah satu sentimen positif datang dari rencana diversifikasi bisnis melalui pembangunan jalan tol Kediri-Tulungagung dengan nilai investasi Rp 10,25 triliun tahun ini," tambah dia.

Apalagi kedua analis menilai sejauh ini emiten rokok belum memiliki sentimen positif yang kuat untuk menopang harga sahamnya. Justru prospek emiten rokok tahun ini masih menghadapi banyak tantangan seperti penjualan rokok yang diatur secara ketat melalui rencana revisi PP 109/2012 dan kenaikan cukai.

Baca Juga: Asing Hengkang dari Bursa Saham, Potensi January Effect Pupus

Terkait cukai hasil tembakau (CHT) juga terus mengalami kenaikan setiap tahunnya seperti di tahun 2020 naik 23%, 2021 sebesar 12,5%, 2022 sebesar 12% dan tahun di tahun 2023 & 20234 dengan rata-rata kenaikan 10%. Lebih spesifik, tahun ini rokok golongan 1 mengalami kenaikan tarif cukai rokok sebesar 11,8% dan rokok golongan 2 sebesar 11,2%.

Hal tersebut menjadi sentimen negatif yang cukup signifikan untuk kinerja emiten rokok. Sebab dari beban penjualan (COGS), cukai rokok memiliki kontribusi sebesar 70%-80% dari total beban pada mayoritas emiten terkait.

"Sehingga margin yang didapatkan bisa menipis karena adanya kenaikan tarif CHT ini," papar Alrich.

Mempertimbangkan berbagai sentimen yang cenderung negatif, kedua analis berpendapat prospek emiten rokok sejauh ini belum cukup kuat untuk menarik dipertimbangkan. Dengan demikian, para analis menyarankan saham rokok sebaiknya untuk trading terlebih dahulu.

Baca Juga: IHSG Melorot ke 6.860 Selasa (24/1), GOTO, MDKA, UNVR Paling Banyak Net Buy Asing

Dengan kenaikan harga yang terjadi saat ini, investor bisa mempertimbangkan untuk sell on strength terlebih dulu. Adapun ITIC dengan target harga Rp 264 per saham dan WIIM Rp 745 per saham-Rp 760 per saham.

Di sisi lain, untuk HMSP dan GGRM ia melihat HMSP dan GGRM cukup menarik untuk diperhatikan. Hal ini didorong adanya kenaikan volume yang signifikan yang merupakan indikasi akumulasi beli cukup agresif.

Untuk HMSP target 1 di Rp 880 per saham-Rp 890 per saham dan target 2 pada level Rp 940 per saham. Untuk entry disarankan di atas Rp 840 sementara stoploss di bawah Rp 815. Untuk GGRM target 1 di Rp 20.650 per saham dan target 2 pada level Rp 21.700 per saham. Adapun entry disarankan di atas Rp 18.000 per saham dan stoploss di bawah Rp 16.925 per saham.

Baca Juga: IHSG Turun 0,20% ke 6.860 Hingga Tutup Pasar Selasa (24/1), Sektor Teknologi Melesat

Nico juga menyarankan investor untuk trading terlebih dahulu saham rokok dengan mempertimbangkan HMSP. Sebabnya, HMSP mempunyai diversifikasi produk yang paling banyak di antara emiten saham rokok lainnya dan didukung oleh pengembangan lini bisnis secara luas oleh anak perusahaannya.

"Untuk jangka panjang rekomendasi saya neutral, untuk jangka pendek bisa mencermati saham ini dengan target harga Rp 895, perhatikan support Rp 815," paparnya.

Sementara untuk GGRM, dirinya menilai bisa dikoleksi. Hanya saja setelah tahun 2023 seiring rencana pembangunan jalan tolnya yang baru akan dimulai pertengahan tahun ini.

Menurut Nico, jika investor ingin trading saham GGRM bisa dikoleksi. Secara analisis teknikal dengan MACD sudah membentuk golden cross dengan tren uptred jangka pendek, target harga terdekat Rp 19.425 per saham dan jika tembus bisa ke Rp 20.000 per saham.

"Namun investor perlu juga punya exit strategy dengan memasang stop loss, dan perhatikan level support di Rp 16.950," pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati