Saham Emiten Semen Masih Loyo, Bagaimana Rekomendasinya?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten semen membukukan perbaikan kinerja sepanjang periode Sembilan bulan pertama 2022. Namun, saham emiten semen menunjukkan performa yang kurang tangguh

Ambil contoh, saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) yang sejak awal tahun masih terkoreksi 15,70%. Saham PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) terkoreksi hingga 14,50%. Bahkan, saham PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) tergerus hingga 26,45% dari awal tahun alias secara year-to-date (ytd).

Hanya saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Yang sejak awal tahun menguat 10,69%.


Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai, secara teknikal saham emiten semen masih berada pada fase downtrend. Namun demikian, jika melihat dalam time frame yang lebih pendek, beberapa emiten semen seperti SMGR dan INTP diperkirakan sedang berada di awal fase uptrend-nya.

Baca Juga: Laba Telkom (TLKM) dan Indosat (ISAT) Sama-Sama Turun, Begini Rekomendasi Sahamnya

“Investor dapat mencermati SMGR dan INTP dengan buy on weakness (BoW) dan target masing-masing di Rp 8.500-Rp 9.000 serta Rp 10.600-Rp 11.000,” terang Herditya kepada Kontan.co.id, Selasa (1/11).

Namun, emiten semen dinilai masih punya prospek menarik. Analis BRI Danareksa Sekuritas Muhammad Naufal Yunas mempertahankan rating overweight di sektor semen dengan mempertimbangkan tiga faktor.

Pertama, INTP dan SMGR mendapatkan kembali pangsa pasar mereka seiring kebijakan normalisasi perang harga. Pangsa pasar SMGR dan INTP pada bulan September masing-masing sebesar 46,6% dan 26,1%. Market share ini lebih tinggi dari market share di Juni 2022, yang masing-masing sebesar 45,8% dan 25,1%

Kedua,  ekspektasi adanya badan layanan umum (BLU) mulai tahun depan, dimana penerapan BLU batubara akan menjamin semua pelaku semen mendapatkan akses yang sama terhadap batubara dengan harga terjangkau. Ketiga, valuasi INTP dan SMGR yang tidak mahal.

Naufal memproyeksikan, penjualan semen pada tahun ini akan terkoreksi 1,7% secara tahunan alias year-on-year (YoY). Naufal memperkirakan penjualan di bulan Oktober akan lebih tinggi daripada di bulan September, namun penjualan di bulan November dan Desember akan mengalami penurunan.

BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan beli saham SMGR dengan target harga Rp 10.900 dan beli saham INTP dengan target harga Rp 11.700

Sementara itu, aksi SMGR yang akan mengakuisisi SMBR dinilai positif oleh Analis Samuel Sekuritas Indonesia Yosua Zisokhi. Akuisisi 75,5% saham SMBR dinilai Yosua akan memberikan SMGR tambahan fasilitas pabrik semen di Sumatra bagian selatan. 

Baca Juga: Media Citra Nusantara Menggenjot Bisnis Layanan OTT, Begini Rekomendasi Saham MNCN

Tambahan kapasitas produksi 3,85 juta ton per tahun dari SMBR akan mendongkrak total kapasitas terpasang SMGR menjadi 56,5 juta ton per tahun. Ini setara dengan 50,2% dari total kapasitas nasional.

Hal ini akan makin mengukuhkan SMGR sebagai pemimpin pasar (market leader) di industri semen nasional. Posisi SMGR makin mengungguli dari pesaing terdekatnya, yakni INTP.

“Tingginya skala ekonomi ini dapat dimanfaatkan SMGR untuk menjaga pasokan batubara dengan harga domestic price obligation (DPO) serta mengontrol harga jual semen,” kata Yosua.

Samuel Sekuritas merekomendasikan beli saham SMGR dengan target harga Rp 9.200, mencerminkan price to earning (PE) 2023 sebesar 21,8 kali.

 
SMGR Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi