KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten-emiten di sektor telekomunikasi regional Asia Pasifik mengalami koreksi harga saham yang cukup signifikan selama pandemi Covid-19. Tidak hanya dirasakan emiten telekomunikasi di dalam negeri, koreksi serupa juga dialami oleh raksasa telekomunikasi di negara tetangga. Equity Analyst Samuel Sekuritas Indonesia Selvi Ocktaviani mencatat, kinerja harga saham dari pemain besar di kawasan tersebut seperti SingTel, Axiata, Telstra, hingga Telkom Indonesia ikut terdampak pandemi. Sementara untuk emiten halo-halo dalam negeri, secara YTD saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) koreksi -35,5%, PT XL Axiata Tbk (EXCL) mengalami penurunan -35,5% dan PT Indosat Tbk (ISAT) yang turun -31,6%. Pertama, kondisi secara global mempengaruhi kinerja saham telekomunikasi regional maupun domestik. Ia melihat adanya switching preferensi investor ke sektor yang lebih menarik seperti teknologi dan farmasi. "Selain itu kondisi market uncertainty akibat pandemi membuat investor berpindah ke kelas-kelas aset yang dianggap lebih aman," ujar Selvi. Baca Juga: BEI kantongi delapan calon emiten dan 10 penerbitan surat utang
Saham emiten telekomunikasi dinilai masih menarik
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten-emiten di sektor telekomunikasi regional Asia Pasifik mengalami koreksi harga saham yang cukup signifikan selama pandemi Covid-19. Tidak hanya dirasakan emiten telekomunikasi di dalam negeri, koreksi serupa juga dialami oleh raksasa telekomunikasi di negara tetangga. Equity Analyst Samuel Sekuritas Indonesia Selvi Ocktaviani mencatat, kinerja harga saham dari pemain besar di kawasan tersebut seperti SingTel, Axiata, Telstra, hingga Telkom Indonesia ikut terdampak pandemi. Sementara untuk emiten halo-halo dalam negeri, secara YTD saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) koreksi -35,5%, PT XL Axiata Tbk (EXCL) mengalami penurunan -35,5% dan PT Indosat Tbk (ISAT) yang turun -31,6%. Pertama, kondisi secara global mempengaruhi kinerja saham telekomunikasi regional maupun domestik. Ia melihat adanya switching preferensi investor ke sektor yang lebih menarik seperti teknologi dan farmasi. "Selain itu kondisi market uncertainty akibat pandemi membuat investor berpindah ke kelas-kelas aset yang dianggap lebih aman," ujar Selvi. Baca Juga: BEI kantongi delapan calon emiten dan 10 penerbitan surat utang