KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (
GOTO) masih terjun bebas. Nasib saham-saham emiten yang terikat investasi dengan GOTO pun tak kalah nahas, rata-rata sedang berada di jalur downtrend. Gerak GOTO pada perdagangan hari ini (7/12) tak jauh beda dari sebelumnya, yakni merosot hingga mentok auto rejection bawah (ARB). Sampai dengan penutupan pasar, saham GOTO ambles 6,96%, menyeret ke level harga Rp 107. Ada dua kategori emiten yang terikat investasi dengan GOTO.
Pertama, emiten yang menanamkan investasi di GOTO. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Astra International Tbk (ASII) masuk dalam kategori ini.
Baca Juga: GOTO Diprediksi Sulit Menggelar Private Placement & IPO di Luar Negeri, Ini Alasannya Setelah kemarin ikut terseret ARB, hari ini TLKM merangkak naik 2,22% ke harga Rp 3.680. Tapi gerak saham
TLKM masih memerah. Secara
year to date (YTD) maupun mingguan,
TLKM mengalami penurunan 8,91%. Saham ASII turut terkoreksi dalam empat hari beruntun. Hari ini, saham ASII melorot 2,55% ke harga Rp 5.725. Sepekan terakhir, saham ASII memerah 5,37%. Memangkas gerak naik saham ASII sejak awal tahun menjadi tinggal 0,44%. Kategori
kedua adalah emiten yang sahamnya ikut dimiliki oleh GOTO. Misalnya saja PT Blue Bird Tbk (
BIRD). GOTO memegang sekitar 108,20 juta lembar atau 4,33% saham emiten taksi tersebut. Kemudian PT Bank Jago Tbk (
ARTO). Lewat anak usahanya, PT Dompet Karya Anak Bangsa, GOTO mengantongi 2,96 miliar lembar atau 21,40% saham emiten bank digital tersebut. Selanjutnya ada PT Matahari Putra Prima Tbk (
MPPA). Di dalam emiten pemilik jejaring ritel Hypermart ini, GOTO menggenggam 507,14 juta lembar atau 6% saham. Dalam sepekan terakhir, ketiga saham tersebut kompak memerah. Pada perdagangan hari ini, saham BIRD merosot 0,65% ke harga Rp 1.525. ARTO anjlok 1,73% menjadi Rp 3.980, dan MPPA ambles 1,32% ke posisi Rp 149. Research & Consulting Manager Infovesta Utama, Nicodimus Kristiantoro melihat penurunan harga signifikan pada
GOTO berpengaruh pada TLKM dan ASII sebagai pemegang saham. Selain secara sentimen berdampak pada gerak saham, kondisi ini juga akan mencoreng laporan keuangan ASII dan TLKM pada bagian hasil investasi. "Penurunan harga saham GOTO yang signifikan ini berpotensi membuat laba bersih dari ASII dan TLKM tergerus akibat
unrealized loss dari penurunan harga wajar GOTO," kata Nico saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (7/12).
Baca Juga: TLKM dan ASII Menanggung Rugi dari Ambles Saham GOTO, Berikut Estimasinya Sekadar mengingatkan, per kuartal III-2022, laba bersih TLKM terpangkas 12,14%. Penurunan laba bersih emiten telekomunikasi plat merah ini disebabkan kerugian yang belum direalisasi alias
unrealized loss dari perubahan nilai wajar atas investasi sebesar Rp 3,08 triliun. Pada periode yang sama, nasib ASII lebih beruntung ketimbang TLKM. ASII masih mencatatkan keuntungan nilai wajar (
unrealized gain) atas investasi pada GOTO senilai Rp 1,08 triliun. Dengan kata lain, jika harga saham GOTO terus merosot, maka
unrealized loss TLKM atas investasi di GOTO akan semakin dalam. Bagi ASII, keuntungan investasinya akan tergerus, bahkan bisa jadi akan berbalik menjadi rugi. "Penurunan harga wajar GOTO secara signifikan meningkatkan risiko pasar terhadap penurunan laba bersih pada laporan keuangan berikutnya. Efeknya saham ASII dan TLKM juga berpotensi menurun," terang Nico. Meski berpotensi menggerus laba, tapi TLKM masih bergeming. Vice President Corporate Communications Telkomsel, Saki Hamsat Bramono, menekankan bahwa setelah GOTO menjadi perusahaan publik pergerakan nilai saham yang fluktuatif merupakan hal wajar. Dampaknya bisa saja berjalan dalam jangka pendek. Sehingga tetap memiliki peluang untuk tumbuh sesuai dengan konsistensi pengembangan bisnis GOTO, terutama di sektor digital secara jangka panjang. "Kami meyakini kolaborasi dari
synergy value yang telah terbangun antara Telkomsel bersama Gojek telah memperkuat ekonomi digital nasional secara berkelanjutan," ujar Saki kepada Kontan.co.id, Rabu (7/12). Sekadar mengingatkan, melalui anak usahanya yakni PT Telkomsel, TLKM memborong 23,7 miliar lembar saham GOTO senilai US$ 450 juta atau setara Rp 6,4 triliun berdasarkan kurs rupiah saat itu. Transaksi dilakukan pada 18 Mei 2021. Saki bilang, aksi korporasi itu merupakan
strategic investment Telkomsel kepada GoTo. Langkah ini dimaksudkan membuka peluang pengembangan bisnis untuk menghadirkan potensi
new revenue generator beyond connectivity. Sementara itu, Head of Investor Relations ASII, Tira Ardianti enggan mengomentari secara langsung mengenai investasi ASII di GOTO. "Yang terjadi di pasar saham hari ini kan bukan hanya disebabkan oleh
single factor," kata Tira.
Baca Juga: Kompak Memerah, Harga Saham GOTO & BBRI Turun di Perdagangan Bursa Rabu (7/12) Tira menegaskan, dalam strategi investasi, Grup Astra tidak mendasarkan keputusan bisnisnya secara terburu-buru. Dia memastikan, setiap investasi bisnis Grup Astra akan dievaluasi dari waktu ke waktu secara hati-hati mempertimbangkan kepentingan seluruh
stakeholders. Sejauh ini, belum ada aksi korporasi yang akan dilakukan ASII. "Kami akan taat pada aturan yang berlaku. Jadi kalau ada rencana aksi korporasi, akan disampaikan sesuai aturan. Saat ini belum ada update," tandas Tira. Berbeda dari TLKM dan ASII, Nico melihat amblesnya GOTO tak berdampak signifikan pada penurunan saham emiten yang ikut dimiliki GOTO. Meliputi BIRD, ARTO, dan MPPA. Dengan kata lain, tren turun ketiga saham itu lebih didorong oleh kinerja dan faktor teknikal masing-masing saham. Secara teknikal, ketiga saham itu berada dalam downtrend yang ditunjukkan oleh indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD) dan Parabolic SAR. Meski begitu, indikator teknikal saham TLKM, ASII, BIRD, ARTO, dan MPPA dalam jangka pendek masih kompak berada dalam area
downtrend. Jika ingin masuk, Nico menyarankan agar investor
wait and see terlebih dulu. Investor bisa mulai koleksi ketika volume tekanan jual mereda, arah mulai
sideways dan terkonfirmasi di hari berikutnya dengan kenaikan harga.
"Secara pola masih
downtrend, masih volatile, dan saya merekomendasikan
hold dulu," terang Nico. Untuk ASII dan TLKM, Nico melihat keduanya punya prospek yang cerah secara jangka panjang. Terutama dengan diversifikasi lini usaha yang luas. Pelaku pasar juga mesti mencermati aksi korporasi lanjutan dari TLKM dan ASII. Saran Nico, investor bisa mencermati area support ASII di harga Rp 5.525 dan resistance pada level Rp 6.175. Sedangkan support TLKM ada di Rp 3.420 dan resistance pada area Rp 4.050. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi