Saham Facebook turun akibat penembakan massal di Selandia Baru



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Saham Facebook turun 5% ke level terendah dalam tiga bulan terakhir pada hari Jumat (15/3). Sementara pada siang harinya, saham perusahaan ini turun 2,5% menjadi US$ 165,83.

Penurunan saham tersebut terjadi akibat rekaman video penembakan massal di Selandia Baru yang disiarkan secara langsung oleh pelaku melalui Facebook. Sebagai informasi, korban tewas serangan itu hingga Minggu (17/3) mencapai 50 orang.

Menurut seorang analis platform pasar keuangan global Investing.com Clement Thibault, rekaman siaran langsung tersebut bakal memunculkan lebih banyak pertanyaaan tentang regulasi dan pengawasan di Facebook. 


“Facebook menyediakan platform untuk serangan mengerikan hari ini dan tidak diragukan lagi akan dipertanyakan karena memfasilitasi penyebaran ini,” kata dia seperti dikutip Reuters, Jumat (15/3).

Pada hari yang sama, Menteri Dalam Negeri Inggris Sajid Javid mengatakan, perusahaan media sosial harus menghentikan ekstremisme di saluran mereka. "Anda benar-benar perlu melakukan lebih banyak @YouTube @Google @Facebook @Twitter untuk menghentikan ekstremisme keras yang dipromosikan di platform Anda," kata Javid melalui akun Twitter-nya.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern juga bilang, ia ingin berdiskusi dengan Facebook terkait siaran langsung penembakan massal tersebut.

Di sisi lain, perusahaan-perusahaan media sosial yang tersebut di atas mengatakan, mereka akan menghapus konten penembakan massal yang tersebar di platform-nya. Facebook sendiri telah menghapus 1,5 juta video serangan masjid di Selandia Baru dalam 24 jam pertama setelah serangan.

Perusahaan ini juga menghapus semua versi video yang diedit yang tidak menampilkan konten grafis. Alasannya, Facebook menghormati orang-orang yang terdampak dan menghargai pihak berwenang setempat.

Menurut Facebook, pria bersenjata yang menyerang dua masjid di Selandia Baru pada Jumat (15/3) dan menyiarkannya secara langsung melalui Facebook selama 17 menit itu menggunakan aplikasi yang dirancang untuk penggemar olahraga ekstrim. Kemudian, salinannya masih dibagikan lewat media sosial beberapa jam kemudian.

Padahal, Facebook telah banyak berinvestasi untuk mengeluarkan konten palsu dari platform-nya. Perusahaan ini juga telah mempekerjakan ribuan karyawan untuk memoderasi konten dan menghentikan ratusan akun mencurigakan di berbagai negara.

Editor: Herlina Kartika Dewi