Saham Farmasi Tumbang Setelah Bubar Pandemi, Simak Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Naik daun saat pandemi Covid-19, kini saham emiten farmasi turun tajam bersamaan dengan masa endemi. Selain itu, faktor persaingan juga turut memperberat kinerja emiten farmasi.

Harga saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) tercatat turun 15,55% sejak awal tahun menjadi Rp 1.765 per saham hingga Rabu (4/10). Sedangkan harga saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) merosot 25,83% dalam periode yang sama menjadi Rp 560 per saham.

Harga saham PT Phapros Tbk (PEHA) turun 5,84% sejak awal tahun ke Rp 645 per saham. Harga saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) melorot 27,65% sejak awal tahun ke Rp 785 per saham.


“Beberapa emiten farmasi menghadapi tantangan dari produk impor yang lebih murah atau berkualitas lebih tinggi, serta adanya perubahan preferensi konsumen yang lebih memilih produk alami atau herbal,” kata Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Divion Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi Riawan kepada Kontan.co.id, Rabu (4/10).

Baca Juga: Kurs Rupiah Melemah, Begini Dampaknya Terhadap Pasar Saham

Selain itu, ada juga faktor kenaikan biaya produksi dan distribusi akibat inflasi, krisis energi, dan pelemahan nilai tukar. Beberapa emiten farmasi mengalami kenaikan harga bahan baku, tenaga kerja, transportasi, dan pajak, yang menekan margin laba.

Penurunan permintaan juga terjadi akibat perubahan pola hidup masyarakat yang lebih sehat dan sadar akan kesehatan. Beberapa emiten farmasi mengalami penurunan penjualan produk-produk tertentu, seperti obat flu, batuk, atau demam, karena masyarakat lebih mencegah daripada mengobati penyakit.

Meskipun begitu, Reza menilai bahwa potensi dan proyeksi emiten farmasi masih cerah. Ada beberapa sentimen yang akan menopang emiten-emiten farmasi hingga akhir tahun 2023 ini.

Pertama adalah adanya program vaksinasi Covid-19 yang masih berlangsung di Indonesia dan di dunia. Beberapa emiten farmasi terlibat dalam produksi, distribusi, atau penyediaan vaksin Covid-19, baik yang diproduksi sendiri maupun yang bekerja sama dengan pihak asing.

Baca Juga: Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Esok (5/10)

Kedua, perkembangan teknologi dan inovasi di bidang farmasi yang terus berlanjut. Beberapa emiten farmasi terus melakukan penelitian dan pengembangan produk-produk baru yang lebih efektif, efisien, dan ramah lingkungan.

Ketiga, peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan diri dan keluarga. Beberapa emiten farmasi menyediakan produk-produk kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan gaya hidup masyarakat modern, seperti suplemen, vitamin, nutrisi, kosmetik, hingga alat kesehatan digital.

Adapun mengenai saham pilihan di emiten farmasi ini tergantung pada preferensi dan profil risiko masing-masing investor. Namun secara umum Reza mengatakan bahwa investor bisa mencermati PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dengan target harga Rp 2.000 per saham-Rp 2.500 per saham.

KLBF memiliki prospek yang baik karena merupakan pemimpin pasar di industri farmasi Indonesia dengan produk-produk yang bervariasi dan berkualitas. Saham ini juga memiliki pertumbuhan laba yang stabil dan dividen yang menarik.

Baca Juga: Rupiah Keok, Ini Deretan Emiten yang Terdampak

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) dengan target harga Rp 800 per saham-Rp 1.000 per saham. Saham ini memiliki prospek yang baik karena merupakan produsen jamu dan obat tradisional terbesar di Indonesia dengan merek-merek yang kuat dan terkenal. Saham ini juga memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi dan laba bersih yang meningkat.

PEHA juga memiliki prospek yang baik karena merupakan produsen obat generik dan bahan baku farmasi terbesar di Indonesia dengan fasilitas produksi yang modern dan bersertifikat internasional. Saham ini juga memiliki pertumbuhan pendapatan yang signifikan dan laba bersih yang melonjak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati