KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) parkir di posisi 7.433,31 usai menguat 0,16% pada Kamis (14/3). IHSG tancap gas menembus level tertinggi
(all time high) sejalan dengan dorongan dari arus masuk dana investor asing
(capital inflow) yang kembali mengalir. IHSG bahkan sempat mencapai 7.454,44 sebagai level
all time high. Momentum ini dibarengi dengan posisi investor asing yang melakukan aksi beli bersih
(net buy) senilai Rp 1,92 triliun di seluruh pasar. Capaian ini mengakumulasi
net buy asing yang sudah menembus Rp 27,62 triliun secara
year to date. Emiten perbankan big caps mendominasi daftar saham favorit investor asing sepekan terakhir. Investor asing rajin mengoleksi saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (
BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA), PT Chandra Asri Pacific Tbk (
TPIA), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (
BRIS) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (
BBNI).
Sedangkan secara harian, investor asing memburu saham BBCA, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (
BMRI), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (
AMRT), PT Astra International Tbk (
ASII), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (
TLKM), dan PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC).
Baca Juga: Tengok Rekomendasi Saham ASII, TLKM, dan PGAS Untuk Hari Ini (15/3) Analis Stocknow.id Muhammad Thoriq Fadilla mengamati sentimen penting yang mengangkat IHSG ke level
all time high dan menarik
capital inflow adalah musim rilis laporan keuangan tahun buku 2023. Bersamaan dengan itu, para investor mengantisipasi musim pembagian dividen. Pada gelombang awal, emiten bank
big caps seperti BBRI telah mengumumkan pembagian dividen yang cukup menarik. "Hal ini menimbulkan optimisme pelaku pasar terutama investor asing yang memasukkan modalnya ke bursa saham Indonesia, selain
capital gain yang dihasilkan selanjutnya ada pembagian dividen," terang Thoriq kepada Kontan.co.id, Kamis (14/3). Di samping itu, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menyoroti sentimen eksternal yang menarik
capital inflow ke pasar saham. Terutama datang dari potensi pemangkasan suku bunga The Fed pada bulan Juni.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham AUTO, BRMS, BRPT, dan ITMG Untuk Jumat (15/3) Sukarno memprediksi saham perbankan, telekomunikasi dan sektor energi akan menjadi incaran investor asing pada bulan ini. Kenaikan harga komoditas seperti minyak akan menjadi katalis penting, selain jadwal
cum date dividen sejumlah emiten bank yang mendapat respons positif. "Hanya saja dalam jangka pendek
volatile koreksi wajar bisa terjadi," kata Sukarno. Investment Analyst Syailendra Capital, Daffa Hartadi menambahkan, kondisi politik dan ekonomi dalam negeri yang cukup stabil turut menambah daya tarik
capital inflow ke pasar saham Indonesia. Sementara Associate Director Erdikha Sekuritas, Yunia Lie menyoroti secara valuasi IHSG masih cukup menarik dibandingkan dengan bursa regional. Kondisi itu ikut menjadi daya tarik yang membuat investor
riding the wave, untuk masuk ke pasar saham. Equity Analyst & Economist KGI Sekuritas Indonesia, Rovandi memprediksi saham bank dari indeks LQ45 masih menjadi favorit investor asing. Tren ini akan berlanjut, setidaknya hingga Bank Indonesia mulai memangkas suku bunga.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham KEEN, ADMF, BBTN, dan NISP Untuk Perdagangan Jumat (15/3) Strategi & Rekomendasi Saham
Meski begitu, Rovandi mengingatkan agar investor tetap selektif terhadap saham favorit investor asing yang sudah mulai mengalami
overbought. Dia menyoroti saham bank
first liner yang potensi kenaikannya sudah terbatas. Tapi, saham bank
second liner seperti BRIS bisa menjadi pilihan menarik. Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada menyarankan agar pelaku pasar memilah saham incaran asing dengan mencermati momentum sektoralnya. Seperti sentimen positif yang sedang mengiringi saham komoditas, serta saham
consumer dan ritel yang terpapar angin segar dari bulan Ramadan. Selain itu, pelaku pasar perlu berhati-hati agar tidak terjebak dalam euforia
all time high IHSG. "Jadi sebaiknya sikapi dengan wajar. Jangan karena
all time high terus nguber ke atas, tapi akhirnya nyangkut. Tetapi cermati berbagai macam sentimen dan volume perdagangan," tegas Reza.
Baca Juga: Wall Street Berakhir Turun Setelah Data PPI dan Saham Produsen Chip Jatuh Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus menambahkan saham-saham favorit investor asing menarik sebagai pilihan koleksi jangka panjang. Tapi, cermati momentum beli yang sebaiknya dilakukan saat saham-saham tersebut mengalami koreksi.
Sukarno sepakat untuk mencermati potensi
buy on weakness. Sebaiknya tunggu momentum koreksi pada saham-saham yang sudah naik signifikan dan membentuk pola
reversal akibat aksi
profit taking. Sukarno menyarankan
buy on weakness pada saham BBRI dan BRIS. Kemudian
trading buy pada saham BBCA, BMRI, BBNI, TLKM dan MEDC. Sedangkan Daniel menyematkan rekomendasi
buy pada saham BBRI (target harga Rp 6.900), BMRI (target harga Rp 7.800) dan BBNI (target harga Rp 6.500). Reza menyodorkan saham AMRT, BBCA dan ASII dengan target harga masing-masing di Rp 2.950, Rp 11.000 dan Rp 5.900. Thoriq juga memilih saham AMRT dengan rekomendasi beli di area Rp 2.880-Rp 2.900 dengan target harga pada level Rp 3.000 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati