Saham Gocap Masih Marak, Simak Tips Berikut Agar Tak Tersangkut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten berstatus saham gocap alias yang harga sahamnya tersangkut di level Rp 50 masih cukup banyak. Saham gocap tersebar di berbagai sektor, baik yang tanpa maupun dengan notasi khusus (special notation) dari Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sebagai gambaran, saham gocap di jajaran emiten properti dan real estate di antaranya ada PT Repower Asia Indonesia Tbk (REAL), PT DMS Propertindo Tbk (KOTA), PT Karya Bersama Anugerah Tbk (KBAG), PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), hingga anak usaha BUMN, PT PP Properti Tbk (PPRO).

Kemudian saham gocap di sektor transportasi dan logistik, antara lain PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI), PT Dewata Freightinternational Tbk (DEAL), dan PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA).

Baca Juga: Unilever Indonesia (UNVR) Tebar Dividen Rp 84 Per Saham, Simak Jadwalnya

Saham gocap juga terdapat di sektor energi, seperti PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI), PT Ginting Jaya Energi Tbk (WOWS), dan PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk (BBRM).

Sedangkan di sektor konsumer, perindustrian, dan barang baku ada PT Andalan Perkasa Abadi Tbk (NASA), PT Saraswati Griya Lestari Tbk (HOTL), PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk (CARS), PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), PT Citatah Tbk (CTTH), dan PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU).

Emiten yang baru menggelar initial public offering (IPO) tahun ini juga ada yang sudah terperosok menjadi saham gocap, seperti yang terjadi pada PT Mitra Angkasa Sejahtera Tbk (BAUT). Sejak 6 Juni 2022, saham BAUT terpaku di harga Rp 50.

Selain itu, ada saham gocap yang masih menunjukkan pergerakan, seperti pada PT Sentul City Tbk (BKSL). Kemudian saham yang hampir menyentuh gocap, seperti PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) yang harganya ada di Rp 51 dan PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) dengan harga Rp 52.

Baca Juga: Menimbang Wacana Pengembalian Jam Perdagangan Bursa dan ARB Simetris

Head of Research Analyst FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo membeberkan sejumlah faktor yang membuat saham terperosok dan bertahan di level gocap. Penyebabnya antara lain fundamental perusahaan yang berkinerja buruk, prospek bisnis yang sedang suram, terkena kasus hukum, serta adanya regulasi yang membuat bisnis perusahaan sulit bertumbuh.

Sehingga tak mengherankan jika emiten dengan saham gocap tersebar di banyak sektor, sekalipun sektornya saat ini sedang terpapar katalis positif. "Soal prospek bisnis (sektoral) ini bisa berguna, kadang juga tidak. Ada yang prospek bagus, tapi karena fundamental jelek, akhirnya susah gerak, tetap di Rp 50. Begitu juga sebaliknya," kata Wisnu kepada Kontan.co.id, Minggu (19/6).

Head of Research Reliance Sekuritas Alwin Rusli menambahkan, persepsi publik terhadap emiten juga turut menentukan. Bahkan, jika ada manajemen atau pemegang saham yang dinilai kurang sesuai, respons negatif dari publik bisa saja membuat emiten tersebut tertahan lama di zona gocap.

Baca Juga: Begini Strategi Victoria Care (VICI) Mempercantik Kinerja Sepanjang Tahun Ini

Kemudian, imbas dari pandemi covid-19 juga bisa menjadi salah satu faktor menahan emiten di saham gocap. "Pandemi membuat kinerja dan harga saham emiten terpuruk. Ada kemungkinan saham yang terkena dampak covid-19 masih belum terlalu diperhatikan oleh investor walaupun kinerjanya sudah pulih," sebut Alwin.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menyoroti, selain suramnya prospek bisnis serta adanya notasi khusus sebagai penanda masalah yang sedang dihadapi emiten, faktor lain penyebab saham gocap adalah aksi jual para pemilik pengendali.

Aksi ini memberikan kesan "lepas tangan" terhadap bisnis emiten yang bersangkutan. "Kepemilikan masyarakat menjadi dominan membuat harga saham tersebut akan cenderung sulit untuk bangkit karena tidak terdapat market mover di dalamnya," sebut Pandhu.

Baca Juga: Hadapi Tren Kenaikan Suku Bunga, Simak Rekomendasi Susunan Portofolionya

Kondisi tersebut semakin membuat sulit untuk menentukan harga wajar dari suatu saham gocap. Namun dari sekian emiten yang terperosok di area saham gocap, Pandhu melihat saham BKSL masih cukup menarik untuk dicermati.

Alasannya, secara pergerakan saham BKSL masih cukup sering berfluktuasi dan rebound dari level gocap meski dalam jangka waktu singkat. Kemudian, BKSL pun akan menggelar aksi korporasi berupa rights issue dengan target nilai emisi mencapai sekitar Rp 5 triliun.

Dana yang didapat nantinya akan diapai untuk membayar sebagian utang agar struktur permodalan menjadi lebih sehat, dan sebagian lagi akan dipakai untuk ekspansi dan menambah landbank. Kemudian dengan debt to equity ratio (DER) sekitar 0,59%, Pandhu menilai rasio tersebut masih relatif rendah.

"Setelah rights issue tentunya (DER) akan semakin turun sehingga risiko kelangsungan bisnisnya juga relatif lebih aman dibanding kebanyakan saham gocap yang lain," terang Pandhu.

Baca Juga: Sejumlah Emiten Tambah Kegiatan Usaha Baru, Simak Rekomendasi Sahamnya

Alwin melanjutkan, harga saham di level gocap belum tentu mencerminkan fundamental perusahaan. Jika ada saham gocap dengan fundamental cukup apik, kemungkinan emiten tersebut belum diperhatikan oleh pelaku pasar. Terlebih jika perusahaan juga tidak terlalu memelihara likuiditas pergerakan sahamnya.

Menurut Alwin, pelaku pasar masih bisa mencermati saham PPRO yang secara fundamental masih cukup bagus. Selanjutnya, saham CARS dan BAUT juga bisa ditelaah lebih lanjut.

Sementara itu, Wisnu menyarankan pelaku pasar untuk wait and see dalam memilih saham gocap. Kecuali memang sudah menunjukkan pemulihan bisnis yang signifikan sehingga membuat sahamnya murah secara valuasi.

Wisnu pun mengingatkan supaya jangan beli kucing dalam karung. Sehingga pelaku pasar mesti melakukan riset secara teliti sebelum membeli saham. Sembari mencermati berbagai katalis yang berkembang di tengah kondisi saat ini.

"Supaya tidak nyangkut, idealnya juga disiplin melakukan cut loss apabila dirasa penurunannya melebihi batas risiko yang bisa ditoleransi," imbuh Wisnu.

Baca Juga: Harga Saham GOTO Kamis (17/6) Melemah Usai Rally, Hari Ini Saatnya Jual atau Beli?

Lalu, bagaimana sinyal saham gocap bisa melesat kembali ke atas level Rp 50-an? Menurut Wisnu, biasanya akan ada kenaikan harga yang diiringi dengan kenaikan volume secara signifikan.

"Juga diikuti dengan corporate action yang positif, sehingga dapat menyebabkan kenaikan harga saham terus berlanjut hingga mencapai level tertentu," ujar Wisnu.

Indikasi bangkitnya saham gocap bisa mulai terjadi saat harga bergerak di Rp 52 ke atas, bahkan mencapai auto rejection atas (ARA). Menurut Alwin, hal ini menandakan nilai wajar saham tersebut sudah tidak lagi di bawah Rp 50. Namun, tetap harus memperhatikan kinerja bisnis dan keuangannya.

"Juga visi dan misi dari perusahaan, apakah masih ada prospek ke depannya oleh para pemegang saham mayoritas? dan apakah masih ada masa depan terhadap industri perusahaan tersebut," ungkap Alwin.

Sedangkan Pandhu mengingatkan agar investor mencermati valuasi harga saham. Average down juga bisa dilakukan selama prospek masih menjanjikan. "Notasi khusus dari BEI juga indikator penting yang perlu diperhatikan, sehingga terhindar dari emiten yang sedang bermasalah," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati