Saham grup Lippo kuasai indeks LQ45



JAKARTA. Penghuni indeks saham LQ45 kembali berubah. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan, pada periode Februari-Juli 2015, ada tiga saham baru yang masuk ke indeks LQ45.

Ketiga emiten penghuni baru LQ45 tersebut diantaranya, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), PT Siloam Hospitals Tbk (SILO), dan PT Sawit Sumbermas Tbk (SSMS). Sementara tiga emitan yang keluar dari LQ45 yakni PT Bank Danamon Tbk (BDMN), PT Harum Energy Tbk (HRUM), dan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI).

Kepala Riset Woori Korindo Securities, Reza Priyambada mengatakan, tiga saham baru bisa masuk dalam daftar indeks LQ45 karena kinerja emiten yang positif. Ketiganya juga terus melakukan ekspansif. "Hal tersebut akhirnya membuat saham aktif ditransaksikan," ujar Reza.


Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia melihat saham-saham grup Lippo cukup atraktif selama sebulan terakhir, termasuk saham MPPA dan SILO. MPPA bergerak di sektor ritel yang berhubungan dengan konsumer. "Jika BBM turun, saham konsumer biasanya lebih atraktif," ujar dia.

Menurut Reza, MPPA merupakan salah satu emiten sektor ritel yang memiliki peluang besar tahun ini. Hal ini didukung oleh pertumbuhan masayarakat kalangan menengah atas. Gerai MPPA pun di lokasi strategis.

Sementara itu, SILO tengah gencar mengembangkan bisnis rumah sakit. Pertumbuhan kinerja SILO didukung oleh peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan. Apalagi, SILO menyiapkan layanan kesehatan berstandar nasional. Maklum, SILO memang mengejar target masyarakat kalangan menengah ke atas. Namun, SILO tetap mengikuti program BPJS Kesehatan dari pemerintah.

Sementara SSMS tergolong perusahan perkebunan yang sudah lama berdiri. Namun, SSMS baru melantai di bursa tahun 2013. "Rencana SSMS mengakuisisi anak usahanya dilihat positif oleh pelaku pasar," imbuh Reza. Nilai akuisisi SSMS mencapai Rp 1,54 triliun.

Satrio menilai SSMS mampu membuktikan pergerakan sahamnya tidak selalu searah dengan pergerakan harga minyak  kelapa sawit (CPO) dunia. Ia pun melihat SSMS memiliki prospek menarik.

Kinerja tak bagus

Di sisi lain, para penghuni yang keluar dari LQ45 memiliki kinerja kurang cerah. HRUM misalnya tengah dilanda sentimen negatif dari turunnya harga batubara. Karena penurunan harga batubara, HRUM menghentikan produksi dua pabrik yang berada di Kalimantan Timur.

Pada saham TAXI, tidak lagi ramai diperdagangkan karena dua alasan. Pertama, ada penghapusan subsidi bahan bakar minyak. Kedua, TAXI kedatangan pesaing di bursa saham, yakni PT Blue Bird Tbk (BIRD). Menurut Reza, investor lebih tertarik saham BIRD dibanding TAXI. Terbukti, harga saham BIRD kini sudah mencapai Rp 10.900 per saham, atau naik 67,6% sejak IPO akhir tahun lalu. Menurut Satrio, investor menjauhi saham grup Rajawali, termasuk TAXI. Ini karena efek dari aksi rights issue PT BW Plantation Tbk (BWPT).

Nah pada saham BDMN tak lain karena kinerja yang tak apik. Apalagi, setelah Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga. Hal ini membuat BDMN menanggung beban bunga yang besar. Sementara pertumbuhan kredit tak terlalu pesat. Per Desember 2014, BDMN hanya menyalurkan kredit Rp 139 triliun, naik 2,9%.

Menurut Satrio, sejatinya, saham HRUM masih berpeluang lebih atraktif, seiring dengan perbaikan harga batubara. Namun, Satrio kurang yakin dengan saham BDMN dan TAXI.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana