KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua saham emiten Grup Medco, yakni PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (
AMMN) kompak menguat di tengah moderasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saham emiten produsen minyak dan gas (migas) ini menguat 17,80% dalam sepekan dan telah menguat 53,20% sejak awal tahun. Sedangkan saham AMMN melesat 240,7% sejak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 7 Juli 2023. Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, penguatan harga MEDC salah satunya karena faktor kenaikan harga minyak seiring pengetatan produksi di negara anggota OPEC.
“Selain itu karena faktor kenaikan harga AMMN, dimana AMMN dimiliki MEDC sebesar 21%,” kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Kamis (14/9).
Baca Juga: BEI Rilis Fitur IDX New Listing Information, Siap Meluncur 20 September Seiring kenaikan harga minyak, Sukarno menilai ada peluang bagi kinerja MEDC ikut terkerek. Menurut Sukarno, dengan pergerakan yang terbilang sudah tinggi dan baru saja break resistance di level Rp 1.430, dalam jangka menengah saham MEDC masih terbilang aman selagi masih dalam kondisi uptrend. Hanya saja, dalam jangka pendek saham MEDC berisiko terkoreksi. Adanya gap juga memungkinkan pergeraka MEDC akan terjadi pullback terlebih dahulu. “Rekomendasi wait and see terlebih dahulu, tunggu momentum sinyal kenaikan selanjunya baru bisa trading buy,” sambung dia. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Juan Harahap menyematkan rating hold saham AMMN dengan target harga Rp 5.500 per saham. Target harga ini mengimplikasikan price to earnings 27,4 kali. Juan mengungkapkan, terdapat sejumlah faktor yang membuat saham AMMN menjadi pilihan investasi yang menarik Pertama, AMMN merupakan satu-satunya pemain proxy copper murni yang terdaftar di Bursa Effek Indonesia (BEI). Kedua, prospek jangka panjang AMMN yang dinilai cukup solid Namun, perlu dicatat bahwa harga saham AMMN telah melonjak signifikan sejak melakukan initial public offering (IPO). Penguatan yang signifikan ini mengindikasikan bahwa harga AMMN saat ini sudah merefleksikan harga wajarnya. Dari sisi kinerja, Juan menilai AMMN memiliki prospek jangka panjang yang kuat. Pasokan tembaga global tidak akan tumbuh signifikan dalam jangka panjang, terutama karena cadangan yang menipis, dan kadar bijih yang lebih rendah. Selain itu, rendahnya belanja modal untuk eksplorasi, gangguan cuaca, perubahan situasi politik, dan penundaan proyekproyek besar global dapat mengganggu aktivitas produksi tembaga.
Baca Juga: Saham Grup Medco MEDC dan AMMN Menguat, Ini Pendorongnya Di sisi lain, dia memperkirakan permintaan tembaga akan mengalami pertumbuhan yang pesat seiring dengan beralihnya dunia dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Perlu diingat bahwa teknologi energi terbarukan menggunakan tembaga 2 kali sampai 8 kali lebih banyak dibandingkan teknologi bahan bakar fosil.
“Potensi ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan, yang dapat menyebabkan lonjakan harga, meningkatkan optimisme kami terhadap prospek jangka panjang para pemain tembaga,” terang Juan dalam riset, Senin (11/9). Prospek AMMN juga ditunjang dengan cadangan yang melimpah, dimana AMMN memiliki salah satu tambang tembaga terbesar di dunia, yakni terbesar ke-2 di Indonesia setelah tambang Grasberg milik Freeport. Wood Mackenzie dalam laporannya menilai, AMMN menjalankan tambang tembaga dan emasnya dengan biaya tunai atau cash cost yang rendah. Faktor ini akan memberikan AMMN keunggulan dibandingkan pemain tembaga lainnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi