Saham ICBP anjlok 6,54%, rencana akusisi Pinehill Company Limited jadi penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) anjlok 6,54% ke level Rp 10.725 per saham pada sesi I perdagangan Rabu (12/2). Terjadi aksi jual asing dengan nilai bersih Rp 58,7 miliar di seluruh pasar. 

Analis RHB Sekuritas Indonesia Michael Wilson Setjoadi mengatakan, penurunan saham ini merupakan respons negatif pelaku pasar terkait dengan langkah ICBP yang tengah menjajaki akuisisi seluruh saham Pinehill Company Limited yang ditawarkan oleh Pinehill Corpora Limited, grup Pinehill. Pinehill Company Limited adalah perusahaan berbadan hukum negara British Virgin Island (BVI), yakni negara yang menerapkan bebas pajak. 

Baca Juga: Indofood CBP (ICBP) jajaki akuisisi Pinehill Company Limited, harga sahamnya melorot


Asal tahu saja, grup Pinehill bergerak di bidang industri pembuatan mi instan di Arab Saudi, Nigeria, Turki, Mesir, Kenya, Maroko dan Serbia dengan menggunakan merek Indomie, berdasarkan perjanjian lisensi dengan PT Indofood Sukses Makmur Tbk, induk perusahaan ICBP.

Saat ditanya terkait alasan pasar memberikan respons negatif, Michael mengatakan bahwa perusahaan ini masih terafiliasi dengan ICBP. "Jadi yang punya Pinehill Pak Anton Salim sendiri, yakni sebesar 51%. Sekarang dijual ke ICBP," ucap dia. 

Hal ini menimbulkan pertanyaan di benak investor terkait alasan perusahaan yang berbadan hukum negara BVI justru berencana untuk diakuisisi. 

Sebagai informasi, volume penjualan Pinehill mencapai 7,4 miliar bungkus mi per tahun yang dijual ke pasar domestik maupun ekspor. Total populasi pasar domestik yang dilayani Pinehill mencapai 576 juta orang. 

Baca Juga: IHSG melorot 0,93% ke 5.899 pada akhir perdagangan sesi I hari ini

"Apabila akuisisi ini terjadi, maka ICBP akan menjangkau sekitar 800 juta orang dan itu belum termasuk pasar ekspornya," kata dia. 

RBH Sekuritas Indonesia memberikan rekomendasi netral terhadap saham ICBP dengan target harga jangka panjang Rp 11.700 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi