Saham IPO Dafam Property berkisar antara Rp 110-Rp 120



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dafam Property Indonesia Tbk berencana menawarkan saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO) pada tahun ini. Pengembang properti dan perhotelan ini telah menunjuk Sinarmas Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi.

Dafam akan menawarkan saham IPO di rentang harga Rp 110–Rp 120 per saham. Rencananya, perusahaan ini akan merilis maksimal 400 juta saham. Dari aksi itu, Dafam mengincar dana Rp 44 miliar hingga Rp 48 miliar.

Sebagai pemanis, Dafam menawarkan maksimal 300 juta waran seri I dengan rasio 4:3. Harga pelaksanaannya Rp 183–Rp 150 per waran.


Associate Director Sinarmas Sekuritas Datin Rashidah Mahadi menyatakan, rentang harga penawaran IPO itu mencerminkan price to earning ratio (PER) sebesar 21 kali. "Rentang ini sudah mencerminkan nilai wajar," kata Datin dalam acara due dilligence meeting dan public expose, pada Kamis (29/3) lalu.

Dafam akan memakai 47,83% dana IPO untuk membeli tanah dan bangunan seluas 21.232 m² di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Lalu 17,39% dana IPO untuk membeli tanah dan bangunan seluas 253 m² di Kota Semarang, Jawa Tengah

Kemudian 7,39% dana IPO untuk membeli tanah seluas 645 m2 di Kota Semarang, Jawa Tengah. Sekitar 6,74% dana IPO untuk meningkatkan penyertaan modal di anak usaha, yakni PT Dafam Mambo International. Sisanya 20,65% untuk modal kerja. Sedangkan seluruh dana yang diperoleh dari pelaksanaan waran seri 1 akan digunakan untuk modal kerja, terutama pengembangan usaha.

Direktur Utama Dafam Property Indonesia Billy Dahlan menyebut, bisnis perhotelan masih prospektif. Ini lantaran Indonesia bertabur potensi wisata yang bisa digali dan mengundang wisatawan.

Kelak, Dafam bukan hanya menyediakan room, namun juga menyiapkan beberapa fasilitas. "Ini akan menawarkan revenue lebih," kata dia.

Terkait pasar, Dafam masih mengandalkan segmen pasar dari kebutuhan korporat atau bisnis. Biasanya pasar ini berkontribusi di hari kerja atau week days. Di sisi lain, Dafam juga mengincar pasar pariwisata. "Market-nya 80% untuk korporat dan 20% untuk pariwisata," lanjut Billy.

Bisnis perhotelan memang memerlukan dukungan berbagai pihak. Dafam pun berniat mengembangkan setiap kota yang memiliki destinasi wisata yang prospektif.

Dafam juga ingin mengembangkan bisnis properti, salah satunya dengan membentuk joint venture (JV). "Struktur kerja akan menjadi lebih efisien," ungkap Billy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati