Saham Komponen Otomotif Masih Melaju, Mana yang Menarik Dikoleksi Tahun Ini?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri komponen otomotif menjadi salah satu segmen emiten yang punya kinerja moncer sepanjang tahun lalu. Sejumlah analis memprediksi kinerja keuangan maupun pergerakan saham emiten komponen otomotif masih punya ruang untuk tumbuh pada tahun ini.

Dari sisi pergerakan saham, PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) dan  PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) melaju kencang pada tahun 2023. Meski sempat melandai, ketiganya tampak mulai mengambil ancang-ancang untuk bisa kembali berlari.

Tengok saja saham AUTO yang menguat dalam tiga hari beruntun. Pada perdagangan Rabu (10/1), anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini naik 4,08% ke harga Rp 2.550 per saham. 


Sementara laju saham DRMA lebih pelan dengan kenaikan dua hari beruntun, usai mengalami tren menurun. DRMA saat ini diperdagangkan di harga Rp 1.375 per saham. 

Sedangkan untuk saham SMSM, meski tergelincir Rabu ini, tapi pergerakan year to date masih positif 7.27% pada harga Rp 2.140. 

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi dan Kendaraan Listrik Bakal Topang Industri Omotif Tahun Ini

Di samping ketiga saham tersebut, ada PT Garuda Metalindo Tbk (BOLT) yang pergerakan sahamnya masih tertinggal, dengan harga saat ini di posisi Rp 740.

Selain itu, ada pendatang baru dengan skala yang lebih mini, yakni PT Anugerah Spareparts Sejahtera Tbk (AEGS). Emiten yang baru listing pada 11 September 2023 ini sedang melaju cukup kencang, dengan kenaikan harian 9,68% ke harga Rp 102 per saham.

Selanjutnya, ada emiten dari Grup Bakrie, PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR). Melantai di bursa saham pada 19 Juni 2023, anak usaha PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) ini sedang diperdagangkan pada harga Rp 119 per saham.

Investment Advisor Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang mengamati, kinerja emiten komponen otomotif akan sejalan dengan prospek industri otomotif secara keseluruhan. Terutama dari tingkat produksi dan penjualan kendaraan, yang menjadi katalis penting untuk membuka peluang pertumbuhan permintaan.

Katalis penting lainnya datang dari stabilitas kondisi ekonomi dan insentif pemerintah, termasuk untuk pengembangan kendaraan listrik. 

"Sehingga Prospek bisnis komponen otomotif pada tahun 2024 terlihat cukup positif dan masih memiliki ruang untuk melanjutkan pertumbuhan," jelas Alrich kepada Kontan.co.id, Rabu (10/1).

Junior Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty Hafiya melirik insentif terbaru yang diberikan pemerintah untuk menggenjot populasi kendaraan listrik. Yakni berupa pembebasan bea masuk dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), dengan syarat-syarat tertentu.

Insentif untuk impor mobil listrik secara Completely Built Up (CBU) dan Completely Knocked Down (CKD) bisa memberi ruang bagi perusahaan di industri otomotif untuk mengembangkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) menjadi minimal 40%, yang ditargetkan tercapai pada tahun 2026. 

"Dengan adanya insentif ini dapat menguji pasar serta menstabilkan harga mobil listrik," kata Arinda.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menambahkan, pertumbuhan industri kendaraan listrik bakal menjadi katalis positif bagi emiten komponen otomotif. 

Kendaraan listrik membutuhkan beberapa komponen yang berbeda dari kendaraan konvensional, sehinga membuka peluang bagi para emiten onderdil ini untuk berinovasi mengembangkan produk baru.

"Kami menilai prospek industri otomotif di tahun 2024 masih cukup cerah  Hal ini didukung oleh beberapa faktor, antara lain peningkatan permintaan kendaraan di Indonesia kami lihat masih akan berlanjut," ungkap Khaer.

Baca Juga: Sektor Otomotif Diselimuti Sentimen Positif, Analis Kompak Jagokan Saham ASII

Analis Panin Sekuritas Andhika Audrey sepakat, diversifikasi emiten ke arah kendaraan listrik bakal menjadi katalis positif bagi emiten komponen otomotif ke depannya. Hanya saja, dengan porsi penjualan yang masih terbilang mini, dampaknya saat ini belum menjadi "game changer".

Andhika pun lebih menyoroti sentimen dari potensi pemangkasan suku bunga The Fed, yang berpeluang diikuti oleh Bank Indonesia (BI). Dengan mekanisme pembelian otomotif yang kebanyakan melalui kredit, penurunan suku bunga diharapkan bisa menstimulasi pembelian kendaraan dengan bunga yang lebih rendah.

Selain itu, Andhika mengingatkan bahwa industri komponen otomotif bukan hanya memasok unit kendaraan baru. Namun juga untuk suku cadang kendaraan bekas, dengan pertumbuhan pasar yang cukup prospektif.

Soal momentum, Andika mengamati sentimen jangka pendek untuk bisnis suku cadang kendaraan, yakni permintaan selama musim Lebaran.

"Secara historis biasanya penjualan otomotif akan pick up menjelang Lebaran," imbuh Andhika.

Sebagai pilihan utama (top pick), Andhika menjagokan saham AUTO dengan target harga di Rp 3.250. Selain itu, investor juga bisa mempertimbangkan untuk buy DRMA dengan target harga di Rp 1.700.

Bernaung di bawah Grup Astra, saham AUTO menjadi jagoan analis lainnya. Seperti Khaer, yang menilai saham AUTO punya intrinsic value di kisaran harga Rp 3.797. Arinda ikut merekomendasikan AUTO dengan target jangka panjang di Rp 3.790.

Alrich turut memilih AUTO dengan rekomendasi trading buy mencermati harga Rp 2.440. Target harga di Rp 2.700 - Rp 2.750, dan stop loss jika turun ke level Rp 2.340. 

Di samping itu, secara valuasi Alrich melihat saham DRMA dan SMSM juga masih menarik dengan peluang pertumbuhan harga di 9,62% dan 6,10%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi