Saham Lapis Dua dan Tiga Bertenaga Saat IHSG Anjlok, Saham-Saham Ini Bisa Dilirik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melandai. Pada pekan lalu, IHSG mengakumulasi pelemahan 0,29%. Memangkas gerak positif IHSG menjadi tinggal 0,14% secara year to date.

Di tengah penurunan IHSG, hanya tiga indeks saham yang masih mampu menguat sepanjang pekan lalu. Meliputi IDX Value 30, IDX SMC Liquid dan IDX SMC Composite. Penguatan dua indeks saham IDX SMC mencerminkan saham-saham lapis kedua dan lapis ketiga lebih bertenaga.

Jika dihitung sejak awal tahun, IDX SMC Composite dan IDX SMC Liquid memang masih memerah. Hingga perdagangan Jumat (18/8), IDX SMC Composite ambles 4,19%, sedangkan IDX SMC Liquid minus 2,53%.


Baca Juga: Harga Dalam Tren Naik, Analis Rekomendasi Beli 2 Saham Blue Chip Ini

Meski begitu, indeks SMC sudah melaju kencang dalam satu setengah bulan terakhir. Tengok saja, dibandingkan akhir semester I-2023 IDX SMC Composite masih minus 8,13%, sementara IDX SMC Liquid anjlok 5,90%.

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengamati penguatan pada indeks SMC Composite dan Liquid menunjukkan pasar tengah meminati saham lapis kedua dan ketiga. Pendorong utamanya, banyak saham di dalam indeks tersebut yang masih undervalued dengan fundamental apik.

Hal itu didukung prospek sektoral yang kondusif, dan analisis teknikal mendukung untuk time to buy.  "Penguatan indeks SMC Composite dan Liquid berpotensi berlanjut, namun tentu masih dibayangi beberapa risiko pasar dan tergantung juga dari kondisi fundamental dan sektoral masing-masing," kata Nico kepada Kontan.co.id, Kamis (17/8).

Pengamat Pasar Modal dan Founder WH-Project William Hartanto menyoroti efek terhadap pasar saham secara umum. Ketika nilai transaksi harian cenderung di bawah rata-rata, namun pada saat yang sama ada banyak saham yang menguat.

"Hal itu berarti saham-saham yang bobotnya ringan terhadap IHSG pergerakannya dominan, ini ditemukan pada saham-saham lapis kedua dan ketiga," ungkap William.

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menimpali, pelaku pasar umumnya lebih melirik saham lapis kedua dan ketiga ketika pergerakan saham lapis pertama cenderung sideways. 

Di tengah sikap wait and see terhadap saham lapis pertama, saham lapis kedua dan ketiga bisa jadi alternatif, terutama bagi para trader.

Prospek indeks SMC juga masih berpeluang menguat, meski harus terlebih dulu menguji resistance terdekatnya. 

"Tapi setelah itu riskan terjadi penurunan atau koreksi jangka pendek hingga menengah karena pergerakannya sudah naik tinggi juga dari pola transisinya," terang Sukarno.

Research Analyst Erdikha Elit Sekuritas Ika Baby Fransiska sepakat, banyak saham di indeks SMC yang punya daya tarik karena masih terbilang undervalue. Hanya saja, perlu diwaspadai potensi volatile di indeks SMC, terutama dengan sentimen ketidakpastian ekonomi global yang secara umum membayangi pasar saham.

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (20/8) Hari Ini

Apalagi di tengah rata-rata volume perdagangan dalam 20 hari terakhir yang masih cenderung stagnan. Di tengah kondisi ini, Ika pun melihat pelaku pasar cenderung mencermati sejumlah saham yang baru manggung di indeks SMC.

Setelah kocok ulang, IDX SMC Composite memang banyak kedatangan saham yang baru Initial Public Offering (IPO) pada tahun ini. Pendatang baru itu antara lain BDKR, CUAN, HILL, PGEO, RAAM, VKTR, dan WINE.

Sedangkan dalam evaluasi mayor di IDX SMC Liquid, masuk beberapa saham yang melaju kencang di tahun ini. Di antaranya ada DRMA, BIRD, dan SSIA.

William melihat secara teknikal saham di indeks SMC masih menarik. Namun, pelaku pasar mesti selektif. Sebab saham-saham yang memimpin pergerakan indeks penguatannya akan cenderung terbatas.

Sedangkan sebagian yang sedang menguat di indeks SMC adalah saham yang baru IPO. 

"Katalis maupun sentimen masih belum jelas. Saya melihat yang dilakukan pelaku pasar adalah trend following saja," kata William.

William menilai PGEO, VKTR, dan SGER bisa dipertimbangkan untuk koleksi. Terhadap saham penghuni baru indeks SMC, Nico menaksir DRMA dan BIRD masih bisa melanjutkan kinerja positif secara bisnis. Namun saham keduanya berpotensi terkoreksi wajar jangka pendek karena secara teknikal mengindikasikan jenuh beli.

Di sisi lain, saham dari sektor consumer (primer dan non-primer) seperti VKTR, RAAM, dan WINE masih punya prospek menarik di sisa tahun ini. Untuk jangka yang lebih panjang, bisa perhatikan sektor infrastruktur seperti PGEO dan BDKR, dengan mencermati sentimen dan arah kebijakan di industrinya masing-masing.

Sedangkan Ika merekomendasikan buy on weakness DRMA dan PGEO, serta hold HRTA. Target harga masing-masing ada di Rp 1.770, Rp 1.060, dan Rp 620. Sementara  Sukarno melirik sejumlah saham yang layak untuk trading buy, di antaranya ABMM, ERAA, POWR, TBLA, dan TSPC.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi