KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Lionmesh Prima Tbk (
LMSH) memasang target cukup optimistis tahun ini. Emiten produsen jaring baja tulangan bermutu tinggi ini menargetkan volume penjualan tahun ini di angka 16.750 ton, naik 12,72% dari realisasi penjualan tahun 2020 yang hanya 14.860 ton. Mengutip paparan publik di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), naiknya volume penjualan berdampak pada naiknya target pendapatan tahun ini. Manajemen LMSH menargetkan pendapatan senilai Rp 230,71 miliar, atau naik 84,86% dari pendapatan di tahun 2020 yakni Rp 124,81 miliar. Manajemen LMSH juga menargetkan mampu membukukan laba bersih Rp 9,29 miliar, dari sebelumnya mencatat rugi bersih sebesar Rp 8,07 miliar.
LMSH menyebut, Pada kuartal pertama 2021, terdapat perbaikan pada beberapa indikator ekonomi nasional, seperti kinerja perdagangan, indeks manufaktur, penyaluran kredit, hingga penjualan otomotif.
Baca Juga: Lionmesh tunda lagi pembangunan pabrik di Sidoarjo Selain itu, seiring dengan membaiknya ekonomi China dan Amerika Serikat, harga baja di pasar global mengalami kenaikan sejak September tahun 2020. Kemudian, pada akhir Februari 2021, harga baja di China kembali mengalami kenaikan secara drastis.
“Harga baja akan tetap kuat di bulan-bulan mendatang seiring dengan menguatnya permintaan domestik dari China dan sejumlah produsen bijih besi kembali menaikkan harga pada April 2021,” papar manajemen Lionmesh Prima. Manajemen melanjutkan, harga baja global telah melonjak tiga kali lipat, dan harga saham baja Taiwan naik hampir dua kali lipat secara bersamaan. Hal ini merupakan fenomena yang tidak pernah terjadi dalam dua dekade terakhir. Penyebab utamanya adalah bahwa China yang secara drastis memangkas kapasitas produksi dan membatalkan subsidi untuk mengekang kapasitas produksi serta tidak lagi mendorong ekspor. Selain itu, Australia juga menaikkan harga bijih besi secara substansial. China sebagai produsen baja terbesar di dunia telah menyumbang 55% dari kapasitas produksi global. Secara bersamaan, ketika China memotong produksi dan mengekang ekspor, India yang merupakan produsen baja terbesar kedua, saat ini jatuh ke dalam situasi pandemi yang tidak terkendali.
Baca Juga: Lionmesh menanti pabrik kawat baja baru “Maka dapat dibayangkan bahwa permintaan baja menjadi terbatas, sehingga harga baja melambung tinggi,” sambung manajemen.
Sebagai gambaran, bursa sempat melakukan penghentian perdagangan sementara (suspensi) terhadap saham LMSH pada Rabu (19/5) seiring terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan. Bursa kembali membuka suspensi saham LMSH mulai perdagangan sesi I tanggal 21 Mei 2021. Dalam paparannya, manajemen LMSH menyanggah dan menegaskan tidak memiliki rencana untuk melakukan aksi korporasi dalam waktu dekat. Semua informasi dan fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek Perseroan atau keputusan investasi pemodal telah diinformasikan ke publik (sesuai peraturan) dan tidak terdapat informasi tambahan lainnya. Pada perdagangan Senin (24/5), saham LMSH melemah 6,64% dan terkena auto rejection bawah (ARB) ke level Rp 1.265. Namun, sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd), saham LMSH masih menguat 201,19%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi