JAKARTA. Saham PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) pagi ini dilanda aksi jual. Pada pukul 10.16, saham MASA melorot 3,77% menjadi Rp 510. Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, tiga sekuritas yang paling banyak melepas saham ini antara lain: Lautandhana Securities senilai Rp 257,500 juta, Waterfront Securities senilai Rp 128,425 juta, dan Kresna Graha Sekuritas senilai Rp 45,900 juta. Sepertinya, investor belum menilai positif rencana perusahaan untuk membangun kawasan industri seluas 210 hektare. Rencana tersebut dilakukan perseroan seiring keinginan pemerintah yang meminta semua perusahaan manufaktur pindah ke kawasan industri sebelum Desember 2014.Menurut Kepala Riset eTrading Securities, langkah produsen ban ini terbilang cukup baik karena ditujukan untuk mengembangkan bisnis terutama meningkatkan pendapatan anorganik perusahaan. "Kendati demikian, kegiatan organik perusahaan juga tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan. Hal ini dapat dilihat dari seriusnya perusahaan mengembangkan lahan perkebunan karet seluas 5.000 hektare dengan total nilai investasi diperkirakan mencapai Rp 13 triliun selama 60 tahun," urainya. Dia menambahkan, bisnis karet ini digunakan untuk kepentingan perusahaan dalam memproduksi ban yang diperkirakan dapat menurunkan ongkos produksi ban perusahaan dan meningkatkan margin pendapatan.
Saham MASA tertekan hingga 3% lebih pagi ini
JAKARTA. Saham PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) pagi ini dilanda aksi jual. Pada pukul 10.16, saham MASA melorot 3,77% menjadi Rp 510. Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, tiga sekuritas yang paling banyak melepas saham ini antara lain: Lautandhana Securities senilai Rp 257,500 juta, Waterfront Securities senilai Rp 128,425 juta, dan Kresna Graha Sekuritas senilai Rp 45,900 juta. Sepertinya, investor belum menilai positif rencana perusahaan untuk membangun kawasan industri seluas 210 hektare. Rencana tersebut dilakukan perseroan seiring keinginan pemerintah yang meminta semua perusahaan manufaktur pindah ke kawasan industri sebelum Desember 2014.Menurut Kepala Riset eTrading Securities, langkah produsen ban ini terbilang cukup baik karena ditujukan untuk mengembangkan bisnis terutama meningkatkan pendapatan anorganik perusahaan. "Kendati demikian, kegiatan organik perusahaan juga tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan. Hal ini dapat dilihat dari seriusnya perusahaan mengembangkan lahan perkebunan karet seluas 5.000 hektare dengan total nilai investasi diperkirakan mencapai Rp 13 triliun selama 60 tahun," urainya. Dia menambahkan, bisnis karet ini digunakan untuk kepentingan perusahaan dalam memproduksi ban yang diperkirakan dapat menurunkan ongkos produksi ban perusahaan dan meningkatkan margin pendapatan.