Saham media berada dalam tren bullish tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, saham-saham media massa diprediksi berada dalam area uptrend. Bukan hanya momentum puasa dan Idul Fitri yang dapat mengerek belanja iklan, tapi juga perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang akan berlangsung selama tahun ini.

Analis Paramita Alfa Sekuritas William Siregar menilai saham-saham media tahun ini punya beberapa katalis positif. "Ada even Pilkada dan Asian Games yang sangat berkaitan dengan bisnis media massa," ujar William kepada Kontan.co.id, Minggu (8/4).

Senada, Analis Mirae Asset Management Christine Natasya bilang emiten media punya prospek cerah tahun ini. Di antara saham-saham media massa yang berpotensi mengalami uptrend adalah PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN). Christine mencatat, pendapatan MNCN pada kuartal IV-2017 sebesar Rp 1,67 triliun, naik 14% secara year on year (yoy). Tahun ini, MNCN diprediksi dapat mengantongi pendapatan Rp 7,6 triliun.


MNCN mengklaim bisa memperoleh pendapatan tambahan dari built-in advertising dan revenue share dari web series di media sosial seperti Instagram, YouTube dan lainnya. "Tahun ini, MNCN juga mengantongi pendapatan dari program Indonesian Idol sekitar Rp 175 miliar," kata Christine dalam paparan risetnya, Jumat (6/4).

Kinerja saham MNCN naik 12,06% year to date (ytd). Namun, sepanjang tahun 2017 kinerja sahamnya terkoreksi 12,99%. MNCN juga sempat pengalami penurunan audience share sebanyak 9,7% pada Desember 2017. MNCN juga sempat mengalami penurunan laba karena memangkas tayangan luar negerinya.

Meski begitu, MNCN tengah mempersiapkan strategi baru untuk menggaet penontonnya kembali. Salah satunya memperbanyak konten lokal dengan memproduksi sinetron anyar lewat anak usahanya MNC Pictures.

Christine merekomendasikan beli saham MNCN dengan target harga Rp 1.730 per saham. Target ini naik 20,1% dari harga Rp 1440 dalam penutupan perdagangan Jumat (6/4).

Sementara, William merekomendasikan saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). Sebab, sepanjang awal tahun 2018 audience share SCTV berada di angka 15,4% disusul stasiun televisi Indosiar 15,1%. Dengan begitu, SCMA mendekap total audience share sebanyak 30,5%.

Dalam catatan Kontan.co.id, penopang audience share SCMA adalah program sinetron dan Film Televisi (FTV) yang tayang pada jam tayang utama (prime time).

Turut mengamini, Christine bilang kinerja positif emiten SCMA pada kuartal IV-2017 juga disumbang oleh perolehan audience share yang tinggi pada Desember tahun lalu.

Kuartal I-2018, SCMA menargetkan kenaikan pendapatan sebesar 12%. "Pendapatan ini disokong oleh belanja iklan dari perusahaan multinasional, rokok, perusahaan lokal juga e-commerce," ujar Christine, Kamis (5/4).

Katalis ini diprediksi sanggup menopang pendapatan sepanjang tahun 2018. Christine memprediksi pendapatan SCMA tahun 2018 mencapai Rp 4,97 triliun.

Christine merekomendasikan beli saham SCMA dengan target harga Rp 2.980 per saham. Dengan target harga ini, investor bisa mengantongi imbal hasil 11,2% dari penutupan harga pada perdagangan Jumat, (6/4).

Sementara, William menargetkan harga di rentang harga lebih rendah dari target Christine. "Target price untuk SCMA di harga Rp 2.950 sampai akhir tahun 2018," kata William.

William menambahkan, penopang kinerja emiten media massa ini masih didominasi oleh belanja iklan. Dus, katalis negatif bagi emiten media adalah perpindahan pola konsumsi media massa masyarakat yang berubah ke ranah digital dan internet.

“Emiten media punya tantangan seperti gaya konsumen terhadap media yang mulai beralih ke media Internet seperti youtube, netflix,” ujar William. Dengan begitu, media massa dengan inovasi konten dan kanal yang beragam akan mampu mempertahankan kenaikan pendapatan dan pertumbuhan laba.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat