KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham emiten milik Asep Sulaeman Sabanda alias Sultan Subang digembok oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), menyusul amblesnya harga saham di awal tahun ini. Analis menilai hal tersebut efek
panic selling yang dilakukan pasar. Adapun saham-saham tersebut, PT Bersama Zatta Jaya Tbk (
ZATA), PT Indo Pureco Pratama Tbk (
IPPE), dan PT Berkah Beton Sedaya Tbk (
BEBS). Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengatakan, ada dua penyebab utama, pertama terkait rumor gagal bayar transaksi Repo.
Kedua, terkait isu pemegang saham pengendali yang disebut-sebut telah melanggar ketentuan penjualan saham pengendali pada saat masa
lock-up.
Baca Juga: Harga Saham Indo Pureco Pratama (IPPE) Ambles, Begini Kata Manajemen Nico berpandangan, penurunan harga emiten Sultan Subang sebagai cerminan
panic selling investor terhadap dua isu tersebut. "Bahkan BEI sempat suspend IPPE dan setelah suspend dibuka tetap ARB hingga perdagangan akhir Januari ini," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (31/1). Pada akhir perdagangan Selasa (31/1), anjlok menyentuh auto reject bawah (ARB) 6,56% sehingga parkir di Rp 57 per saham. Asumsi terhadap dua isu tersebut, sebabnya secara industri ketiganya bergerak pada sektor yang cukup baik. Nico menjelaskan bahwa IPPE yang bergerak di produk makanan pertanian sebenernya masih menarik. IPPE memiliki lini bisnis produksi
Crude Coconut Oil yang punya potensi pasar luas di domestik dan global. Jika dikelola dan dimanfaatkan dengan optimal akan menjadi point keunggulan untuk bisnis IPPE. "Bahkan jika melihat proyeksi pendapatan dan laba bersih untuk IPPE sepanjang 2022 akan meningkat dibanding 2021. Jadi memang dua isu tersebut menjadi penyebab utama penurunan harga, terlepas dari sisi industri perusahaan," jelasnya.
Baca Juga: Ekspansi ke Timur Tengah, Indo Pureco (IPPE) Gandeng Al Wafa Investment Company LLC Demikian halnya dengan ZATA yang bergerak pada ritel fashion muslim yang dinilai akan membaik di tahun ini seiring proyeksi meningkatnya daya beli konsumen. Terlebih akan ada perputaran uang jelang kampanye Pemilu. Hanya BEBS yang bergerak pada sektor konstruksi yang dinaungi sentimen negatif lantaran masih dihadapkan dengan harga bahan baku yang masih mahal serta dibayangi dengan tren kenaikan suku bunga tinggi.
Namun, sentimen positifnya disebut masih ada melalui peluang dari proyek IKN. "Sebaiknya dihindari tunggu sampai lebih stabil," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto