Saham Multifinance Turun Sejak Awal Tahun, Begini Proyeksi Analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja saham perusahaan pembiayaan alias multifinance tampak mengalami penurunan sejak awal tahun ini. Meskipun begitu, sejumlah analis memproyeksikan kinerja saham dapat bergerak positif pada semester II-2024.

Head Customer Literation and Education PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi menilai, melemahnya saham pada sektor pembiayaan disebabkan oleh beberapa sentimen, utamanya terkait pengetatan kebijakan moneter dengan kenaikan suku bunga acuan menjadi 6,25%.

"Hal ini mendorong permintaan kredit kendaraan menjadi melemah, tercatat penjualan mobil periode Januari hingga Juni 2024 mencapai 408.012 unit atau menurun 19,4% secara year on year (YoY)," kata Oktavianus kepada Kontan, Rabu (4/9).


Baca Juga: Laba BFI Finance (BFIN) Menyusut 19,16% pada Semester I-2024

Sentimen itu juga mendorong pendapatan beberapa emiten jasa pembiayaan tergerus, seperti PT Adira Dinamika Multi Finance (ADMF) yang mencatatkan penurunan pendapatan penjualan mobil sebesar 7,87% YoY dan PT BFI Finance Indonesia (BFIN) yang mencatatkan penurunan pendapatan penjualan motor sebesar 28,8% YoY.

Pada semester II-2024, Oktavianus menilai kinerja saham multifinance akan lebih baik seiring dengan potensi penguatan permintaan kredit kendaraan, yang menyumbang lebih dari 50% terhadap total pendapatan emiten, seiring dengan pemangkasan suku bunga acuan yang diperkirakan turun sebesar 50bps-100bps hingga akhir tahun 2024.

"Dengan suku bunga yang lebih rendah kami perkirakan akan menggairahkan permintaan kredit kendaraan kembali," tuturnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus. Ia menilai penurunan kinerja perusahaan multifinance memang lebih disebabkan kepada tingginya tingkat suku bunga.

"Dalam beberapa pekan terakhir harga kebutuhan pokok juga mengalami kenaikan, sehingga konsumsi kredit bukan lagi prioritas setidaknya untuk saat ini. Namun acara GIIAS 2024 kemarin menjadi harapan di tengah penjualan mobil saat ini," kata Nico kepada Kontan, Rabu (4/9).

Baca Juga: Borong Kepemilikan Saham Publik Mandala Finance (MFIN), MUFG Siapkan Dana Rp 1,69 T

Meskipun BFIN mengalami penurunan dari sisi laba bersih sebesar 19,16% pada semester I-2024, namun Nico melihat peluang bagi BFIN melalui ekosistem yang dimiliki untuk tetap tumbuh dan berkembang.

Sementara itu PT Mandala Multifinance (MFIN) menjadi lebih menarik setelah MUFG ikut bergabung dengan melakukan akuisisi kemarin. Kemudian WOMF juga masih mencatatkan pertumbuhan yang positif di semester I-2024, dengan kenaikan laba sebesar 10,42% YoY, serta optimistis untuk terus bertumbuh melalui strategi yang dimilikinya. 

"Pada semester II-2024 seharusnya menjadi lebih baik dari sebelumnya, terutama di tengah isu penurunan tingkat suku bunga. Oleh sebab itu, apabila tingkat suku mengalami penurunan, hal ini akan mendorong saham saham seperti properti, otomotif, begitupun dengan multifinance akan mengalami kenaikan," ujarnya.

Kendati begitu, Nico menyebut ada beberapa hal yang juga perlu diperhatikan, yaitu penurunan daya beli dan penurunan konsumsi masyarakat, hal ini memungkinkan bisa terjadi penurunan penjualan otomotif yang lebih dalam.

Baca Juga: Multifinance Masih Percaya Bisa Kerek Laba di 2024

Secara year to date (ytd), kinerja saham sejumlah perusahaan multifinance mengalami penurunan. Saham PT BFI Finance Indonesia (BFIN) turun sebesar 21,99% menjadi Rp 940 per saham. Saham PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) juga turun 4,9% menjadi Rp 2.780 per saham. 

Lalu saham PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) turun 14,29% menjadi Rp 420 per saham. Sementara itu, saham PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) turun 2,74% menjadi Rp 11.250 per saham. PT Buana Finance Tbk (BBLD) juga melemah 2,27% menjadi Rp 645 per saham, dan saham PT Wahana Ottomittra Multiartha (WOMF) melemah 0,55% menjadi Rp 362 per saham.

Nico hanya merekomendasikan buy pada saham BFIN dengan target harga Rp 1.100 per saham. Sementara Oktavianus merekomendasikan trading buy pada saham BFIN dengan target harga Rp 1.105 per saham dan trading buy pada saham ADMF dengan target harga Rp 12.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih