Saham Pelangi Indah (PICO) meroket lebih dari 1.123%, analis beri lampu kuning



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham produsen kemasan logam PT Pelangi Indah Canindo Tbk (PICO) meroket hingga 122,96% dalam kurun waktu sebulan. Harga saham emiten ini sudah naik 1.123,58% sejak awal tahun membuat saham PICO mencapai harga tertingginya sejak IPO pada tahun 1996.

Sejumlah analis menilai, melejitnya saham PICO karena beberapa faktor. Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menjelaskan penyebab kenaikan harga secara signifikan karena tekanan beli melebihi tekanan jual. 

“Sebelumnya free float saham PICO masih di bawah minimum dari peraturan bursa, kemudian pemegang saham terbesar mengurangi kepemilikannya sehingga publik merespons dengan baik dengan melakukan pembelian,” kata Sukarno.


Sukarno bilang publik banyak yang membeli karena percaya prospek ke depannya akan baik. Kendati demikian, saham yang melonjak sampai 1.104% sejak awal tahun bisa juga karena dua kemungkinan lainnya. Pertama, faktor fundamental dan yang kedua faktor bandar. 

Menurut Suakrno faktor fundamental yang bisa mempengaruhi pergerakan sahamnya karena sepanjang enam bulan pertama tahun ini PICO mampu merealisasikan penjualannya sampai 52% karena ada pembaruan kontrak dengan mitra langganan yakni Pertamina. Ditambah lagi PICO juga sedang proses membangun pabrik baru di Jakarta dan berencana menambah mesin baru  untuk menambah kapasitas produksi. 

Dengan begitu ketika pabrik sudah dibangun akan berdampak kepada penurunan biaya distribusi. Adapun menurut Sukarno secara keseluruhan fundamental PICO cukup baik karena stabil dilihat 5 tahun terakhir dalam menciptakan margin laba bersih di kisaran 1,95%-2,70%. Kalau dilihat dari kuartal II 2019, margin laba bersih Pelangi Indah meningkat menjadi 2,56% dari 2,41% yoy. 

Senada dengan Sukarno, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga menjelaskan salah satu alasan publik memborong saham PICO karena fundamentalnya bagus. “Tercatat pada paruh pertama tahun ini, pendapatannya naik drastis sampai 253% yoy dari sebelumnya Rp 161 miliar di semester I 2018 menjadi Rp 569 miliar,” jelasnya. 

Perolehan pendapatan yang cemerlang ini tentunya juga turut mengerek laba bersihnya hingga 176% yoy dari sebelumnya Rp 3,8 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 10,5 miliar. 

Memantau harganya saat ini, Herditya bilang saham PICO paling tidak masih bisa  menyentuh angka Rp 3.150 per saham karena ada resistance di level 3.150. 

Namun Herditya menegaskan, bisa saja dalam waktu dekat Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menggembok sahamnya. Kalau melihat riwayat pergerakan saham PICO sejak Oktober 2018 sahamnya bergerak stagnan di Rp 236 per saham. Kemudian pada Juli 2019 sahamnya baru mulai naik. Dalam kurun waktu sebulan saja, saham PICO bisa naik 122,96%. 

Nah, ini yang dimaksud Sukarno dengan faktor kedua yakni bandar. Sukarno menjelaskan biasanya bandar memanfaatkan kondisi fundamental yang baik untuk menggerakkan sahamnya. Sukarno mengasumsikan pergerakan ini dilakukan saat harga saham PICO belum naik yakni di Rp 346 per saham. Tercatat total saham yang di publik saat ini 24,65% asumsinya setengah saham publiknya 12% ‘dimainkan’. Bandar hanya membutuhkan dana sekitar Rp 23 miliar untuk menguasai pasarnya.  

Melihat pergerakan sahamnya yang fantastis, Sukarno memberikan lampu kuning bagi investor yang mau masuk. “Baiknya saat ini wait and see dulu karena harga sudah melambung tinggi,” imbuhnya. 

Ditambah lagi kondisi harga PICO saat ini sudah di atas rata-rata industri jadi sudah tergolong mahal. Price to earning ratio (PER) PICO sudah di 98,62 kali sedangkan PER  industri hanya 35,75 kali. Adapun price to book value (PBV) PICO sudah 5,5 kali dibandingkan dengan PBV industri sebesar 1,56 kali. 

Nah, bagi investor yang punya sahamnya Sukarno merekomendasikan untuk meraup cuan secepatnya sehingga disarankan jual sahamnya di harga sekarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati