Saham perbankan mampu bertahan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup naik 0,28% menjadi 6.523,45. Namun, IHSG sudah merosot 2,35% selama dua pekan terakhir atau sejak menyentuh rekor tertinggi.

Di periode yang sama, mayoritas saham sektoral di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mengekor koreksi IHSG. Misalnya, indeks saham pertambangan terpangkas 5,67%, diikuti saham sektor industri dasar minus 5,12% dan industri lain-lain menyusut 4,81%.

Di tengah fluktuasi itu, ada beberapa sektor saham yang masih tahan banting. Satu diantaranya adalah saham perbankan, yang justru menguat 0,59% dalam dua pekan terakhir. Saham keuangan adalah satu-satunya sektor saham yang menguat di tengah koreksi mayoritas sektor di pasar modal domestik.


Analis Artha Sekuritas Frederik Rasali menilai, secara umum fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat. Sehingga koreksi di pasar saham dinilai hanya sementara. Investor bahkan bisa memanfaatkan momentum koreksi tersebut untuk masuk ke beberapa sektor saham.

Nah, saham yang dipilih antara lain berada di sektor perbankan dan konsumer. "Sebab, kedua sektor ini merepresentasikan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia." ungkap Frederik kepada Kontan.co.id, Senin (12/2).

Saat ini, bobot indeks sektor perbankan sebesar 30,11% terhadap IHSG, diikuti bobot indeks konsumer sebesar 22,23%. Kedua sektor ini memiliki bobot lebih dari separuh terhadap IHSG.

Frederik menyebutkan, saham perbankan masih menarik dilirik lantaran emiten perbankan di Indonesia memiliki kinerja yang cukup bagus. Di sektor perbankan, dia menyarankan investor mempertimbangkan saham bank kecil, seperti Bank Panin (PNBN), yang secara valuasi masih murah. Investor juga perlu mencermati aksi-aksi merger dan akuisisi emiten perbankan.

Sektor konsumer juga layak diperhitungkan lantaran daya beli masyarakat mulai terdongkrak. Frederik masih menyarankan buy saham Indofood Sukses Makmur (INDF).

Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra menilai, angka non performing loan (NPL) perbankan di Indonesia memang belum ideal. Tapi beberapa bank mencatatkan profitabilitas cukup bagus sepanjang tahun lalu.

Pada tahun ini, potensi pertumbuhan kucuran kredit perbankan masih cukup besar. "Ruang ekspansi perbankan juga terbuka lebar," ungkap Aditya. Dengan adanya ekspansi ini, maka ruang pertumbuhan bagi saham sektor perbankan masih tinggi.

Suku bunga

Bukan hanya itu, emiten perbankan saat ini sudah mulai melakukan ekspansi dengan mengucurkan kredit non infrastruktur. Bahkan, emiten perbankan juga menempuh strategi tumbuh secara organik maupun anorganik.

Oleh karena itu, Aditya menilai saham perbankan masih bisa mencatatkan kenaikan harga cukup tinggi di sepanjang tahun ini.

Meski demikian, investor tetap harus mencermati sejumlah isu dan perkembangan terkini. Misalnya, pada pekan ini dijadwalkan ada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI). Ada sejumlah agenda dan menjadi perhatian pasar, terutama keputusan bank sentral terhadap suku bunga acuan.

Aditya menilai, BI cenderung akan mempertahankan atau mungkin menaikkan suku bunga acuannya. "Potensi kenaikan suku bunga akan positif," ungkap dia.

Sementara Frederik berpendapat, apabila BI agresif untuk menurunkan suku bunga, maka mata uang rupiah akan melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Nilai tukar rupiah kemarin di posisi Rp 13.609 per dollar AS.

"Oleh karena itu, sementara ini saya menyarankan agar investor wait and see," kata Frederik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati