Saham perbankan rentan terpapar kenaikan suku bunga BI



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin pada pekan lalu direspons negatif oleh saham perbankan, terutama big caps. Sebab, ada kekhawatiran pertumbuhan kredit bakal tertekan. Sebagai gambaran, tahun ini, suku bunga BI sudah naik 125 bps.

Mengutip RTI, Kamis (16/8), saham BBCA turun 0,32% ke level Rp 23.375. BMRI melemah 0,55% ke Rp 6.700. Saham BBTN terkoreksi 3,49% ke Rp 2.490, bahkan BBRI melorot 4,98% ke Rp 3.050.

Analis Profindo Sekuritas Indonesia Yuliana menyebut, kenaikan suku bunga BI sejatinya bisa mengerek kinerja bank, sebab margin bunga bakal naik. Tapi, BI juga mengerek deposit facility dan lending facility masing-masing 25 bps. "Kebijakan BI bisa meredam pelemahan rupiah. Namun, jangka panjang bisa menghambat pertumbuhan kredit," papar dia.


Kenaikan suku bunga bakal mendorong bank menyesuaikan tingkat bunga kredit demi menjaga margin bunga. Nah, penyesuaian ini bisa mengerek kredit bermasalah.

Terlebih, di dalam negeri, masih ada ancaman defisit neraca dagang dan inflasi. Dari eksternal, sejumlah faktor juga berpeluang memicu kredit macet, seperti risiko perang dagang.

Analis Bahana Sekuritas Muhammad Wafi melihat potensi penurunan likuiditas di pasar seiring kenaikan bunga kredit. "Spending kredit berkurang. Bank juga akan hati-hati menyalurkan kredit," jelas dia.

Proyeksi Wafi, pekan depan saham bank masih melemah, terutama yang terpapar risiko kredit valas cukup besar. Sebab, sentimen utama saat ini adalah pelemahan rupiah. Bisa beralih ke saham dengan eksposur kredit valas lebih kecil, seperti BBCA dan BBRI, saran Wafi.

Yuliana menilai, saham perbankan hanya akan terpapar sesaat. Sebab, bankir menyiapkan jurus untuk merespons kebijakan BI. Fundamental perbankan juga masih bagus, karena penyaluran kredit semester I-2018 tumbuh dua digit. Bisa buy on weakness saham bank, imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati