Saham perbankan tertekan aksi jual



JAKARTA. Belum genap setengah perjalanan hari ini, saham-saham sektor keuangan sudah kocar-kacir di zona merah. Hingga perdagangan pukul 11:10, indeks saham finansial sudah anjlok 4,77% ke 549,56.

Saham-saham perbankan paling mencolok mencatat penurunan. Bahkan efek-efek blue-chip tak bisa bertahan dari libasan aksi jual.

Beberapa saham bank yang anjlok sangat dalam adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 600 poin atau 5,83% ke 9.700.


PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) minus 450 poin atau 5,42% ke 7.850. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tenggelam 450 poin atau 5,77% ke 7.350.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mundur 225 poin atau 5,49% ke 3.875.

Analis saham perbankan dari OSO Securities, Supriyadi menjabarkan, saham-saham bank dihindari lantaran kinerja emiten keuangan diyakini tak setinggi estimasi pasar di awal.

Kekhawatiran perlambatan kredit yang berimbas pada laba memicu investor melego efek perbankan. Ditambah lagi sejumlah bank sudah mengumumkan revisi target kinerja.

"Meski pada kuartal I dan II kemarin tinggi, tapi dengan laju inflasi saat ini maka kuartal III ekspetasinya menurun," kata Supriyadi, Senin (19/8).

Meski tidak akan minus, Supriyadi menghitung, kinerja perbankan dipastikan turun tipis. Menurutnya, selain outlook bisnis yang tak terlalu kuat, sektor finansial sedikit terkena angin panas dari anomalinya keputusan Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga acuan perbankan atau BI Rate di posisi 6,5%.

Inflasi yang menjulan menyebabkan ekspektasi pada yield juga tinggi. Selain itu, terperosoknya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat secara otomatis juga menyebabkan investor asing melepas kepemilikan sahamnya di sektor finance.

Saat ini, menurut Supriyadi memang banyak sentimen negatif terhadap saham perbankan. Ia memperkirakan dalam jangka pendek hingga menengah yaitu satu hingga dua bulan, perbankan masih akan bergerak di teritori negatif.

Dalam analisisnya, di kuartal IV akan ada akselerasi kenaikan. Untuk investor short term, ia menyarankan sebaiknya hold jika sudah masuk. Untuk yang belum, diharapkan waspada untuk masuk karena tekanan jual di sektor ini masih tinggi.

Tapi untuk investor long term bisa masuk dengan posisi buy on weakness dalam beberapa hari ke depan. Tentunya harus selektif, karena exposure asing juga harus dicermati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: