Saham Perusahaan Media dan Teknologi Milik Donald Trump Anjlok, Apa Penyebabnya?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Trump Media & Technology Group (TMTG) adalah perusahaan yang didirikan dengan tujuan untuk menciptakan platform media sosial alternatif yang dikenal sebagai Truth Social.

Perusahaan ini didirikan oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sebagai respons terhadap larangan yang dikenakan oleh Twitter (sekarang dikenal sebagai X) pada akun pribadinya pasca kerusuhan di Gedung Capitol pada 6 Januari 2021.

Truth Social diharapkan menjadi wadah bagi pendukung Trump dan pihak-pihak yang merasa terbatas dalam kebebasan berekspresi di platform media sosial lainnya.


Baca Juga: Trump Memposting Berita Palsu Soal Dukungan dari Taylor Swift di Pemilu Presiden AS

Penurunan Harga Saham: Fakta dan Angka

Mengutip barrons.com, sejak 13 Agustus 2024, saham TMTG mengalami penurunan lebih dari 20%, terutama setelah kemunculan Donald Trump dalam sebuah wawancara dengan Elon Musk di platform X.

Penurunan ini menambah rentetan kejatuhan harga saham yang dialami oleh TMTG, dengan harga saham terakhir yang tercatat berada di bawah US$20, angka terendah sejak perusahaan tersebut menyelesaikan penggabungannya dengan perusahaan cangkang (blank-check firm) pada akhir Maret lalu.

Penurunan harga saham ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap masa depan TMTG, terutama di tengah ketidakpastian kinerja perusahaan yang ditandai oleh kerugian bersih sebesar US$16,7 juta pada kuartal kedua tahun ini dan pendapatan yang hanya mencapai US$837.000.

Tantangan di Depan: Masa Berakhirnya Periode Penguncian Saham

Salah satu faktor yang dapat memperburuk situasi TMTG adalah berakhirnya periode penguncian saham (lockup period) yang memungkinkan Trump, sebagai pemegang saham terbesar dengan kepemilikan sekitar 60%, untuk menjual sahamnya.

Baca Juga: Biografi: Ratu Elizabeth Menganggap Donald Trump Sangat Tidak Sopan

Berdasarkan perjanjian penggabungan antara Trump Media dan Digital World Acquisition Corp. (DWAC), Trump akan diizinkan untuk mulai menjual saham DJT jika harga saham tetap berada di atas US$12 selama 20 hari perdagangan berturut-turut setelah 150 hari dari penutupan kesepakatan DWAC, yang diperkirakan akan terjadi pada 20 September.

Jika harga saham jatuh di bawah US$12, Trump masih dapat mulai menjual sahamnya pada 25 September, enam bulan setelah penyelesaian kesepakatan tersebut.

Potensi penjualan saham oleh Trump ini dipandang sebagai ancaman besar bagi TMTG, karena dapat semakin menekan harga saham yang sudah tertekan.

Meskipun ada kemungkinan Trump akan mengatur penjualan saham melalui rencana 10b5-1 di mana penjualan saham dilakukan secara otomatis dengan jumlah dan tanggal yang ditentukan sebelumnya melalui broker kekhawatiran investor terhadap transparansi dan dampak dari penjualan saham ini tetap tinggi.

Dampak Aktivitas Trump di Platform X Terhadap Truth Social

Aktivitas Trump yang semakin meningkat di platform X juga menimbulkan pertanyaan tentang relevansi dan masa depan Truth Social. Setelah Elon Musk mengembalikan akun Trump di X pada November tahun lalu, Trump telah kembali aktif di platform tersebut, sering memposting dan me-retweet konten di sana.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Truth Social mungkin akan kesulitan untuk mempertahankan relevansinya, terutama jika platform tersebut tidak mampu memanfaatkan eksposur yang diperoleh dari aktivitas Trump di X untuk menggenjot pertumbuhan pendapatan atau pengguna.

Baca Juga: Elon Musk Segera Menutup Kantor X di Brasil, Ini Penyebabnya

Dengan berbagai tantangan yang dihadapi oleh TMTG, dari penurunan harga saham, kerugian operasional, hingga potensi penjualan saham oleh Trump, masa depan perusahaan ini terlihat semakin tidak menentu.

Bagi investor, penting untuk terus memantau perkembangan ini, terutama menjelang berakhirnya periode penguncian saham dan bagaimana Trump akan mengelola kepemilikan sahamnya di masa depan.

Jika Trump memutuskan untuk menjual sebagian besar sahamnya, dampaknya bisa sangat merugikan bagi para pemegang saham lainnya dan memperburuk situasi finansial perusahaan.

Editor: Handoyo .