KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada perdagangan Jumat (24/11), Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) kembali mengalami kenaikan tipis 0,08% ke level 7.009. Kenaikan IHSG itu juga dibarengi dengan net buy asing sebesar Rp 897 miliar di seluruh pasar. Performa positif IHSG sejalan dengan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan di level 6%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Pandhu Dewanto dari Investindo Nusantara Sekuritas menyatakan bahwa keputusan BI memberikan sinyal bahwa kondisi ekonomi dan inflasi masih terkendali.
Namun, katalis utama kenaikan IHSG tidak hanya berasal dari keputusan BI. Pandhu menyoroti bahwa lonjakan IHSG lebih didorong oleh sentimen eksternal, khususnya dari melandainya inflasi di Amerika Serikat, yang mengarah pada ekspektasi The Fed mengakhiri kenaikan suku bunga acuan.
Baca Juga: Kado Dividen Interim dari Emiten Perbankan Jelang Akhir Tahun Certified Elliott Wave Analyst, Daniel Agustinus, menambahkan bahwa kenaikan IHSG juga dipengaruhi oleh kondisi global yang lebih kondusif, dengan melemahnya yield obligasi AS memberikan sentimen positif bahwa risiko global mulai mereda. Liza Camelia Suryanata dari NH Korindo Sekuritas Indonesia menekankan bahwa arah IHSG juga dipengaruhi oleh dinamika komoditas energi, termasuk pemangkasan produksi minyak dalam OPEC+ Meeting akhir bulan ini.
Meskipun terjadi kenaikan signifikan, William Hartanto dari WH-Project memproyeksikan bahwa IHSG bisa bertahan di level 7.000 hingga akhir tahun 2023, dengan estimasi target di area 7.077 - 7.120. Dia juga mencatat adanya gap di area 6.886 yang dapat menjadi level support IHSG. Sukarno Alatas dari Kiwoom Sekuritas Indonesia melihat sinyal window dressing mulai muncul, tetapi menilai potensi IHSG untuk melanjutkan penguatannya atau mengalami koreksi masih 50:50. IHSG akan diuji pada level 7.046, dan dalam skenario optimistis, dapat mencapai 7.100 - 7.150 di akhir tahun.
Baca Juga: Ada BBCA dan ASII, Berikut 10 Saham yang Paling Banyak Dilepas Asing Sepekan Ini Beberapa analis memberikan rekomendasi investasi, seperti saham big bank seperti
BBRI,
BBCA, dan
BMRI yang diprediksi akan menjadi incaran yang menarik. Saham teknologi, saham komoditas terutama emas, saham di sektor properti, dan saham-saham tahan banting seperti consumer staples, ritel segmen menengah-atas, transportasi, dan operator telekomunikasi juga dianggap sebagai pilihan menarik. Saham-saham yang disarankan antara lain BMRI, BBRI, BBNI,
TLKM, dan
GOTO oleh William, serta
ERAA,
ASII, dan BBRI oleh Daniel. Sebagai pilihan trading, disarankan saham
BREN,
CUAN, dan
UNIQ dengan target harga masing-masing di Rp 450, Rp 6.200, dan Rp 5.800. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli