Tekanan terhadap bisnis properti hingga akhir tahun nanti cukup berat. Ini karena masih banyak sentimen negatif, mulai dari kenaikan suku bunga hingga gejolak pasar global. Pertimbangan konsumen untuk membeli properti tak hanya berdasarkan satu indikator. Misalnya, ketika suku bunga masih double digit, sektor properti justru tumbuh 25%–27%. Sementara saat bunga single digit seperti sekarang, properti justru tak tumbuh signifikan. Bahkan, stimulus Bank Indonesia lewat pelonggaran LTV tak akan mampu mendongkrak sektor properti tahun ini. LTV tak bisa berdiri sendiri untuk mendorong bisnis properti. Kita juga harus bicara sentimen global yang menyebabkan gejolak nilai tukar rupiah.
Saham properti tertekan
Tekanan terhadap bisnis properti hingga akhir tahun nanti cukup berat. Ini karena masih banyak sentimen negatif, mulai dari kenaikan suku bunga hingga gejolak pasar global. Pertimbangan konsumen untuk membeli properti tak hanya berdasarkan satu indikator. Misalnya, ketika suku bunga masih double digit, sektor properti justru tumbuh 25%–27%. Sementara saat bunga single digit seperti sekarang, properti justru tak tumbuh signifikan. Bahkan, stimulus Bank Indonesia lewat pelonggaran LTV tak akan mampu mendongkrak sektor properti tahun ini. LTV tak bisa berdiri sendiri untuk mendorong bisnis properti. Kita juga harus bicara sentimen global yang menyebabkan gejolak nilai tukar rupiah.