Saham prospektif saat bursa bergairah



JAKARTA. Apakah saham oke berharga murah masih ada? Agaknya pertanyaan itu mulai banyak mengemuka seiring yang rekor baru Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) .

Kemarin, IHSG naik 0,49% menjadi 4.848,30 dan menembus rekor tertinggi baru sepanjang sejarah (all time high). Penguatan ini membuat IHSG makin mendekati posisi kemahalan. Ini tecermin dari rasio harga saham terhadap laba atau price earning ratio (PER) di IHSG berada di posisi 19,12 kali.

Anggapan umum yang berlaku selama ini, harga saham masih murah apabila memiliki PER di bawah 22. Jika menggunakan patokan PER, berdasarkan data yang dihimpun KONTAN, saham sejumlah emiten komoditas yang masuk anggota LQ45 masih memiliki PER di bawah PER IHSG (lihat tabel).


Persoalannya, kata Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, saham komoditas kurang layak koleksi. Sebab harga komoditas masih lesu. Dia lebih menjagokan saham perbankan dan properti, seperti PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA).

Muhammad Alfatih, analis Samuel Sekuritas sependapat, meski mempunyai PER rendah, saham sektor komoditas sebaiknya dihindari karena pasar komoditas masih suram. Sebaliknya, saham emiten LQ45 yang memiliki basis pasar di dalam negeri, layak dicermati. Dia mencontohkan saham sektor perbankan, semen, otomotif dan konsumer. "Investor sebaiknya juga menghindari emiten saham dengan eksposur besar terhadap kondisi ekonomi global," kata Alfatih.

Harry Su, Kepala Riset Bahana Securities, menambahkan, ada beberapa saham LQ45 yang masih layak beli. Saham-saham tersebut merupakan saham emiten yang bergerak di sektor properti dan konsumsi.

Dia mencontohkan saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP), dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) pantas dicermati oleh investor. Kendati sudah naik lumayan tinggi dalam beberapa waktu terakhir, harga saham sejumlah emiten tersebut masih berpotensi naik lagi.

Harry memproyeksikan, harga saham BSDE masih mampu menguat hingga ke Rp 1.860 per saham. Kemarin, harga saham ini di posisi Rp 1.650 per saham. Begitu pula dengan saham saham GIAA masih bisa terkerek ke harga Rp 900 per saham. Kemarin, harga GIAA senilai Rp 660 per saham.

Meski begitu, kata Alfatih, di tengah pasar saham yang bullish, investor tetap harus cermat dan hati-hati. Ia menyarankan investor tak terlalu agresif membeli saham yang harganya sudah tinggi. Sebab risiko turun juga besar. "Jangan pula bermain dalam jumlah besar karena kerugiannya juga tinggi," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana