KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham bank besar telah bergerak ke zona merah selama sepekan terakhir dan sudah berada di level terendahnya atau
bottom price. Para analis menilai fenomena merosotnya harga saham-saham bank tersebut masih dipengaruhi oleh Pilpres Amerika Serikat atas kemenangan Donald Trump. Ambil contoh saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang selama sepekan terakhir telah terkoreksi sebesar 5,51%. BBRI juga masih terkoreksi 1,33% pada penutupan perdagangan Senin (11/11) di harga Rp 4.460. Tak jauh beda, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) selama sepekan terakhir juga memerah dan terkoreksi sebesar 5,39%. Namun BMRI mulai bergerak naik sebesar 0,40% pada penutupan perdagangan Senin (11/11).
Baca Juga: Pinjaman Langsung Bakal Menjadi Mesin Pertumbuhan Kredit Bank Digital Menyusul PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang mulai bergerak naik sebesar 0,20% pada penutupan perdagangan Senin (11/11), dari sepekan terakhi berada di zona merah, terkoreksi sebesar 5,85%. Di sisi lain bank-bank BUMN juga akan segera melakukan hapus tagih menyusul keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2024. Adapun jika menelisik jumlah kredit macet yang telah dihapus buku di sejumlah bank, seperti BRI misalnya, nilai kredit macet segmen Mikro yang telah dihapusbukukan sebanyak Rp 5 triliun per September 2024. Sementara segmen Menengah tercatat sebesar Rp 249 miliar pada periode yang sama. Adapun Bank Mandiri, mencatat total kredit hapus buku Rp 9,49 triliun per September 2024, meskipun tidak ada rincian terkait berapa besar porsi untuk UMKM. Begitu juga dengan BNI yang mencatat total kredit yang telah dihapusbukukan sebesar Rp 14,17 triliun per September 2024. Di sisi lain, para analis menepis aturan hapus tagih sebagai pemberat saham bank pelat merah tersebut.
Baca Juga: Investasi SRBI di Dana Pensiun Terus Tumbuh Berkat Tawaran Suku Bunga yang Kompetitif "Kalau menurut saya bukan itu sentimen utamanya, tapi adanya trump effect, yang buat wall street menguat karena inflow dari market. Termasuk ke Indonesia, itu yang paling utama," ungkap Muhammad Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas saat dihubungi Kontan, Senin (11/11). Sementara itu Head of Investment Nawasena Abhipraya Investama, Kiswoyo menyatakan, kebijakan aturn hapus tagih sama sekali tidak berdampak pada kinerja keuangan bank, dan sejatinya telah dihapuskan dari laporan keuangan. "Tidak akan berpengaruh juga ke pergerakan harga saham bank BUMN, karena biasanya tiga tahun saja sudah lakukan hapus buku, apalagi ini syaratnya 5 tahun minimal, itu juga kreditnya diasuransikan sehingga tak akan rugi," ungkapnya saat dihubungi Kontan.
Baca Juga: SeaBank Bakal Luncurkan Fitur Setor dan Tarik Tunai Dalam Waktu Dekat Kiswoyo membenarkan saat ini saham-saham bank BUMN memang sudah mendekati bottom price, dan diperkirakan masih berlanjut di esok hari. Meskipun begitu ia menilai merosotnya saham-saham bank BUMN ini hanya bersifiat sementara dan akan berpeluang naik lagi. "Sehingga rekomendasinya segera beli saat harga rendah. Semua bank BUMN di KBMI 4 masih rekomen untuk akumulasi buy," ungkapnya.
Di sisi lain, Nafan merekomendasikan saham BMRI harga Rp 6.525 dan BBNI di harga Rp 5.250 degan rekomendasi buy on weakness, sementara itu saham BRIS di Rp 3.030 atau akumulatif buy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi