KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham tambang batubara berkinerja apik. Saham seperti PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG), PT Bukit Asam Tbk (
PTBA), PT Adaro Energy Tbk (
ADRO), dan PT United Tractors Tbk (
UNTR) sejak awal tahun sudah naik hingga
double digit. Bahkan pada perdagangan Senin (4/7) saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) keok 2,28%, saham seperti ITMG, ADRO, dan UNTR berhasil menguat. Namun memang dalam sepekan ini, saham-saham emiten tambang mayoritas terkena koreksi. Lalu, bagaimana proyeksi pergerakan saham-saham ini ke depan?
Baca Juga: Simak Deretan Saham LQ45 yang Masih Undervalued, Mana yang Menarik? Analis Panin Sekuritas Christian Anderson Yuwono menilai, secara keseluruhan penguatan saham-saham ini yang cukup signifikan mengikuti pergerakan harga komoditas batubara. Namun secara teknikal, investor diharapkan menunggu koreksi selesai dan terkonfirmasinya
demand yang masuk kembali. Dia bilang, harga sudah mulai memasuki fase distribusi secara jangka pendek karena terbentuknya
chart pattern head and shoulders untuk saham PTBA, ADRO, UNTR, dan ITMG. Sehingga, investor disarankan
wait and see. Di sisi lain, saham HRUM berbeda nasib. Sejak awal tahun, saham emiten tambang batubara milik konglomerat Kiki Barki ini sudah melemah 33,17%. Pada perdagangan Senin (4/7), saham HRUM melemah 4,17% ke level Rp 1.300 per saham.
Baca Juga: Harga Komoditas Melonjak, Penjualan Alat Berat Nasional Terus Menguat Untuk HRUM, Christian menilai saham ini sudah mendekati
support minor di Rp 1.350 per saham. “Rekomendasi untuk
wait and see, menunggu penurunan terlebih dahulu selesai,” terang Christian kepada Kontan.co.id, Senin (4/7). Analis RHB Sekuritas Fauzan Luthfi Djamal menyematkan rating netral untuk sektor tambang batubara. Dia bilang, lonjakan harga batubara telah mendorong prospek marjin produsen batubara tanah air. Harga patokan batubara Newcastle kemungkinan diproyeksi berada di level rata-rata US$ 250 per ton tahun ini. Proyeksi tersebut naik 84% dari harga tahun lalu. Meskipun proyeksi ini jauh lebih rendah dari harga riil batubara saat ini, Fauzan menilai harga ini tetap akan meningkatkan pertumbuhan laba bersih yang solid terhadap emiten batubara di tahun ini.
Baca Juga: Atur Strategi, Manajer Investasi Kini Berburu Saham dengan Valuasi Murah Faktor kendala pasokan akibat geopolitik dan cuaca yang tidak menentu, serta permintaan yang terus meningkat, menjadi katalis utama di sektor tambang batubara tahun ini. Konflik antara Rusia dan Ukraina telah membawa dampak yang signifikan terhadap stabilitas pasokan energi di Benua Biru tersebut. Bersamaan, sejumlah negara Eropa memberlakukan larangan masuk komoditas energi dari Rusia. Langkah ini telah menyebabkan pergeseran pembelian batubara dari Eropa ke pasar spot Afrika Selatan, Australia, Amerika Serikat (AS), dan Indonesia. “Namun, fluktuasi harga akibat faktor
seasonality (musiman) serta meningkatnya kesadaran aspek lingkungan, tetap menjadi sentimen yang menutupi prospek jangka menengah dan panjang,” terang Fauzan kepada Kontan.co.id, Senin (4/7). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati