Saham-saham big cap menguat signifikan, ini faktor pendorongnya



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Saham dengan kapitalisasi pasar besar (big caps) mulai menunjukkan taji. Sejumlah saham mulai menguat setidaknya dalam sebulan perdagangan.

Salah satunya ditunjukkan oleh saham perbankan big4 yang menguat setidaknya dalam sebulan terakhir. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) misalnya, menguat 15,86% dalam sebulan, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terpantau menguat 16,94% dalam perdagangan sebulan, dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang menguat 15,92%. Tak ketinggalan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang menguat 24,77% dalam sebulan perdagangan.

Saham-saham lain juga turut mengalami rebound, sebut saja saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang menguat 29,95% ,  PT Astra International Tbk (ASII) yang menguat 16,20%, dan saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang menguat 9,28% dalam sebulan perdagangan.


Penguatan saham-saham big caps diikuti oleh masuknya (inflow) dana asing ke pasar saham. Mengutip RTI, dalam sebulan dana asing yang masuk di pasar regular mencapai  Rp 21,60 triliun.

Baca Juga: Intip rekomendasi saham-saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI

CEO Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya menilai, ada dua faktor yang mendorong masuknya inflow asing ke pasar saham. Pertama, penanganan Covid-19 di Indonesia yang dinilai cukup baik. Terbukti dari penurunan kasus infeksi harian yang signIfikan dibarengi penurunan level  PPKM  di sejumlah daerah. Sejumlah pusat perbelanjaan (mall) juga sudah dibuka.

 

BBCA Chart by TradingView

Hal ini menandakan adanya momentum kebangkitan dan perbaikan ekonomi.  “Ekonomi pulih terutama di sektor konsumsi, karena selama ini sektor konsumsi sempat tersendat karena pandemi Covid-19,” terang Bernadus kepada Kontan.co.id, Rabu (13/10).

Kedua, inflow dana asing juga ada kaitannya dengan fenomena booming commodity. Sejumlah komoditas seperti batubara, minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), hingga minyak mentah  menguat cukup signifikan sepanjang tahun ini. Dalam hal ini, Indonesia cukup menjadi perhatian karena Indonesia  adalah negara yang menjadi proxy bagi komoditas.

Baca Juga: Dibayangi data ekonomi dan kebijakan pemerintah AS, simak proyeksi IHSG Kamis (14/10)

Editor: Noverius Laoli