KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham berbasis komoditas batubara dan minyak sawit mentah atau
crude palm oil (CPO) mengalami kenaikan yang cukup signifikan sejak awal tahun. Ambil contoh saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang menguat 13,48% sejak awal tahun atau secara
year-to-date. Saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menguat 8,49% dan saham PT United Tractors Tbk (UNTR) menguat 6,09% secara ytd. Di sektor CPO ada saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang menguat 18,42%, saham PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yang menguat 16,46%, dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) yang menguat 25% sejak awal tahun.
Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya menilai, saat ini penguatan saham-saham tersebut memang didorong oleh meningkatnya harga komoditas batubara dan CPO. Apresiasi saham-saham ini juga terjadi karena adanya ekspektasi investor terhadap
earnings yang lebih baik di sepanjang tahun ini.
Baca Juga: Dua Analis Ini Rekomendasikan Buy Saham Aneka Tambang (ANTM) Diantara saham-saham tersebut, Timothy menilai saham PTBA yang masih
undervalued. Sebab, target harga PTBA ada di Rp 3.500, sementara saat ini PTBA masih berada di level Rp 2.940. “Sisanya sudah mulai mencapai target atau bahkan melebihi,” terang Timothy kepada Kontan.co.id, Senin (21/2). Timothy menilai, harga komoditas energi ini tidak akan sekencang tahun lalu. Saat ini harga batubara memang masih mahal karena di Indonesia masih mengalami musim penghujan. Kondisi ini menyebabkan produksi terganggu dan belum maksimal. Sementara itu, Sebagian negara masih mengalami musim dingin, kebutuhan akan batubara masih ada saat ini. “Hanya saja nanti menjelang musim kemarau di Indonesia dan juga musim panas di China, seharusnya permintaan akan mereda dan harga bisa terkoreksi kembali,” sambung dia. Sementara itu, harga CPO tahun ini masih cukup menarik. Estimasi Timothy, harga rerata tahun 2022 akan berada di rentang MYR 5.000. Proyeksi ini dengan melihat adanya kebijakan kebijakan
domestic market obligation (DMO) 20% dan juga masih kurangnya tenaga kerja di Malaysia.
Baca Juga: BMRI hingga BBCA Diprediksi Tetap Jadi Penggerak IHSG, Simak Rekomendasi Sahamnya Namun patut dicermati, emiten di sektor perkebunan mengalami
lagging terhadap harga CPO global. Hal ini seiring dengan kekhawatiran investor terhadap faktor
environmental, social and corporate governance (ESG). Timothy sendiri menyematkan rating netral terhadap sektor CPO. Harga CPO akan berpotensi terkoreksi dari harga saat ini disebabkan oleh sejumlah faktor.
Editor: Tendi Mahadi