KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai menunjukkan pertumbuhan positif. Dalam sebulan perdagangan, indeks telah menghijau dan menguat 1,80%. Dalam tiga bulan perdagangan, IHSG telah menguat 12,62% hingga Jumat (7/8). Di tengah penguatan IHSG ini, masih ada beberapa saham yang memiliki valuasi murah. Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso mengatakan sejumlah saham penghuni Indeks LQ45, seperti PT Adaro Energy Tbk (
ADRO), PT Astra International Tbk (
ASII), PT Gudang Garam Tbk (
GGRM), dan saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (
INDF) valuasinya masih tergolong murah saat ini. Tidak ketinggalan, saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (
INKP), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS), PT Sri Rejeki Isman Tbk (
SRIL), PT United Tractors Tbk (
UNTR), dan saham PT Wijaya Karya Tbk (
WIKA) juga menjadi saham, menurut Aria, valuasinya masih tergolong murah.
Baca Juga: Ini rekomendasi susunan portofolio investasi di tengah ancaman resesi Aria pun merekomendasikan investor untuk memanfaatkan momentum koreksi apabila ingin masuk ke saham-saham ini. Melihat
price to earnings ratio (PER) memang menjadi salah satu cara mengukur valuasi suatu saham. Namun, untuk menilai valuasi suatu saham tidak bisa dinilai dari PER saja, tetapi butuh juga penilaian dari prospek kinerja dan industri suatu emiten. Saham emiten perbankan yang masuk dalam konstituen Indeks LQ45 tercatat memiliki PER yang cukup rendah. Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI) misalnya memiliki PER hanya 5,07 kali dan saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (
BBTN) memiliki PER 9,17 kali. Aria mengamini bahwa valuasi saham-saham ini memang masih murah, hanya saja emiten perbankan saat ini menghadapi risiko berupa restrukturisasi kredit dan juga potensi naiknya
non-performing loan (kredit macet) akibat pandemi. “Sesungguhnya saham-saham tersebut cukup murah juga, namun dengan risiko melekatnya itu yang menjadi salah satu pertimbangan. Sehingga, preferensi (kecenderungan) dari investor yang memiliki profil risiko non-konservatif boleh mempertimbangkannya. Bisa juga diatur dari sisi position size dalam portofolio agar tidak terlalu dominan sehingga risiko nya lebih terukur,” ujar Aria kepada Kontan.co.id, Minggu (9/8).
Baca Juga: Saham-saham ini dinilai masih punya valuasi menarik, saham apa saja? Analis NH Korindo Sekuritas Putu Chantika Putri D menilai, dalam jangka pendek, saham-saham sektor konsumer masih tetap menarik walaupun
potential upside-nya sudah terbatas. Chantika menilai, laporan keuangan sektor konsumer untuk periode semester I-2020 cukup sesuai dengan ekspektasi dan jauh lebih defensif dibandingkan dengan sektor yang lainnya. Ke depannya, Chantika berharap stimulus yang diberikan oleh pemerintah akan tepat sasaran sehingga dapat menopang daya beli. Selain itu, harga komoditas yang stabil serta penguatan nilai tukar rupiah menjadi bahan pertimbangan untuk sektor konsumer ke depannya. Sementara untuk sektor perdagangan kecil (ritel), Chantika menilai, sektor ritel ini merupakan salah satu sektor yang terkena dampak negatif pagebluk cukup besar. Hal ini terlihat dengan jelas dari laporan keuangan sejumlah emiten di sektor ritelyang mengalami tekanan pada pendapatan maupun laba bersih. Namun, saat ini, sentimen positif untuk sektor ritel adalah dibukanya kembali pusat perbelanjaan dengan protokol kebiasaan baru (new normal). “Dalam situasi saat ini, menurut kami emiten segmentasi kelas menegah termasuk segmen yang lebih mampu bertahan dengan ekspektasi memiliki porsi disposable income yang jauh lebih besar,” terang Chantika.
Untuk emiten ritel, Chantika merekomendasikan saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (
MAPI) dengan target harga Rp 870 dan saham PT Erajaya Swasembada Tbk (
ERAA) dengan target harga Rp 2.000 per saham. Sementara untuk sektor
consumers good, NH Korindo Sekuritas masih rekomendasikan saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (
ICBP) dengan target harga Rp 9.850, PT Kalbe Farma Tbk (
KLBF) dengan target harga Rp 1.630 serta saham
GGRM dengan target harga Rp 59.550.
Baca Juga: Masa resesi bisa jadi pintu masuk ke pasar saham untuk investasi jangka panjang Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat