Saham-Saham IPO Berikan Keuntungan Berlipat, Begini Strategi Memburunya



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Banyak investor tengah memburu saham-saham yang tengah IPO atau initial public offering. 

Pasalnya saham-saham IPO memberi keuntungan berlipat. Meskipun demikian, tidak semua saham-saham yang IPO memberikan cuan yang menggiurkan. 

Ada juga saham yang IPO langsung turun di zona merah di  hari perdagangan perdanan-nya. 


Karena itu, investor harus teliti menyelidik saham-saham yang berpotensi melesat pasca IPO. 

Salah satunya dengan cermat menghitung valuasinya dan mencermati teknikal serta fundamentalnya. 

Baca Juga: Bisa Berikan Keuntungan Berlipat, Cermati Saran Analis Memburu Cuan dari Saham IPO

Pengamat pasar modal dan pendiri WH Project, William Hartanto mengatakan, untuk saham-saham yang sudah terbang tinggi setelah IPO rawan berbalik arah.

Untuk itu, investor bisa memecah strategi menjadi dua cara. 

Pertama adalah buy on weakness saham-saham blue chip dan kedua melakukan trading pada saham-saham IPO yang masih menguat itu.

Sementara itu, analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mengatakan, kalau untuk trading, saham-saham yang baru IPO ini masih menarik dicermati. 

Misalnya, saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), dan PT Berdikari Pondasi Perkasa Tbk (BDKR). 

"Investor dapat melakukan trading buy terlebih dahulu terhadap emiten tersebut," kata Herditya.

Baca Juga: Minat IPO Tinggi, Jumlah Emiten Baru Bisa Tembus 94 Hingga Akhir 2023

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy menilai, karena sifatnya yang fluktuatif, lebih baik bagi investor tidak terlalu lama menahan saham debutan IPO.

Pasalnya saham IPO ini rentan terkenal aksi ambil untung atau profit taking.

"Peganglah hingga sekitar 3 bulan sampai 9 bulan paling lama, atau hingga lock-up period berakhir," kata Budi. 

Sebab, dalam kurun waktu tiga tahun setelah IPO, umumnya terjadi reversal terhadap saham-saham pendatang baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli