Kinerja saham sejauh ini tampak kurang menggembirakan seperti tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 1,8%
month on month (mom) hingga 31 Oktober 2018 dan -8.2% secara
year to date (ytd). Sedangkan Indeks LQ-45 merosot lebih dalam lagi hingga 2,4%
month to date dan -14.5% secara ytd. Investor pun mulai waswas dan wajar jika lebih berhati-hati menginvestasikan dananya ke saham karena saham di portofolio yang sudah dibeli di harga relatif murah ternyata masih bisa lebih murah lagi dan lagi. Mungkin saat ini investor sudah berpikir bukan bagaimana meraih cuan di saham, tapi bagaimana meminimalisir kerugian yang diderita. Salah satu momen tum yang bisa berpotensi mengangkat harga saham adalah kemungkinan terulangnya
window dressing yang sudah 17 tahun terakhir terjadi di setiap bulan Desember. Dengan kenaikan IHSG rata-rata 4,54% per bulan dan Indeks LQ-45 rata-rata naik 4,90% per bulan. Perlu saya berikan penekanan di sini, terulangnya window dressing pada Desember selama 17 tahun terakhir maksudnya secara historis tidak pernah sekalipun IHSG atau Indeks LQ-45 menurun. Mudah-mudahan informasi tersebut mulai membesarkan hati atau nyali Anda.
Return terbesar IHSG terjadi di bulan Desember 2003 sebesar 12,12% dan return Indeks LQ-45 tercatat 11,88% yang juga terjadi Desember 2003. Adapun return terendah IHSG terpantau 0,42% dan Indeks LQ-45 0,89% yang keduanya terjadi pada Desember 2013. Tak hanya Desember saja yang memberikan secercah harapan. November pun bukan bulan jelek untuk berinvestasi. Rata-rata return IHSG selama 17 tahun terakhir di November adalah 0,82% dan Indeks LQ-45 sebesar 0,81% masih lebih tinggi dari hasil investasi obligasi. Namun probabilitas return positif IHSG hanya 7 tahun dari 17 tahun pengamatan menghasilkan profit alias hanya 41% dengan return tertinggi 13.63% dan terendah -5,64%. Sedangkan probabilitas positif return Indeks LQ-45 hanya 47% dengan return tertinggi 14.39% dan yang terburuk -7,53%. Jika investor berinvestasi selama dua bulan dari akhir Oktober hingga akhir Desember, rata-rata return kumulatif yang didapat dari IHSG sebesar 5,4% dengan return kumulatif terbesar 16,24% dan terjelek -5.24%. Adapun dari return kumulatif Indeks LQ-45 didapat 5,8% dengan raihan tertinggi 18,22% dan terburuk -5.8%. Keuntungan kumulatif bisa mengurangi lebih dari separuh kerugian di IHSG dan sepertiga di Indeks LQ-45 yang diderita sejak awal tahun. Lalu bagaimana cara mencapai keuntungan dari window dressing? Cara yang paling mudah tentu membeli reksadana indeks LQ45, karena hingga saat ini belum ada reksadana indeks yang meniru IHSG. Ada beberapa nama reksadana yang bisa dipilih, sebaiknya pilih yang tracking error-nya paling kecil alias reksadana yang benar-benar meniru indeks secara penuh (full replication) bukan yang menggunakan metode sampling. Namun perlu disadari kemungkinan adanya biaya masuk (
subscription) dan biaya keluar (
redeemption) yang akan mengurangi return akhir investor. Alternatif lain adalah berinvestasi sendiri dengan memilih saham-saham yang secara historis mengalami kenaikan di bulan November dan atau Desember. Saham langganan Penulis melakukan penelitian kecil terhadap saham-saham penghuni Indeks LQ45 selama periode 10 tahun terakhir yang sekiranya mengalami kenaikan dan menghitung probabilitas return positif selama periode tersebut. Dari pengamatan dengan periode investasi bulan Desember saja, saham-saham juara ditinjau dari gain tertinggi dengan keterangan probabilitas return positif ditulis dalam kurung, berturut-turut tercatat: ADHI, INTP, MNCN, SMGR, TPIA dengan rata-rata return dan probabilitas: 11,05% (60%), 9,78% (70%), 9,21% (70%), 9,10% (100%), 8,95% (70%). Agak mengejutkan ternyata Semen Indonesia (SMGR) selama 10 tahun terakhir secara konsisten tidak pernah mengecewakan investor di bulan Desember dengan rata-rata gain 9,10%. Ini bisa menghapus kerugian jika si investor investasi di IHSG sejak awal tahun. Posisi selanjutnya setelah lima besar return dan probabilitas positif di Desember di raih: BMRI 8,06% (90%), BBRI 6,16% (70%), GGRM 6,00% (60%), WIKA 5,65% (50%), UNTR 5,65% (90%). Satu lagi saham yang perlu mendapat perhatian adalah ASII yang menduduki rangking ke 11 dengan return 5,49%, tapi probabilitasnya 100%. Jadi hanya ada dua saham dengan probabilitas positif selama 10 tahun, yaitu SMGR dan ASII. Bila investor menghendaki periode investasi dari awal November hingga akhir Desember, maka lima besar return dan probabilitasnya terpantau: GGRM 12,87% (80%), SCMA 9,87% (80%), HMSP 8,58% (70%), TPIA 6,02% (50%), ELSA 4,10% (50%). Disusul oleh : INTP 3,96% (60%), SMGR 3,83% (60%), ADRO 3,46% (60%), MNCN 3,03% (40%) dan ASII 2,90% (80%). Tidak ada yang menghasilkan probabilitas positif 100% dan dari return yang dicapai juga malah relatif lebih rendah daripada bulan Desember seperti terlihat di kinerja TPIA, SMGR dan ASII. Setelah mengetahui saham langganan window dressing, alangkah baiknya jika investor tetap meninjau fundamental emiten dan menghitung valuasinya sebelum berinvestasi. Sebagai contoh SMGR walaupun probabilitasnya positif 100% namun secara valuasi sudah relatif mahal dengan price earning ratio (PER) 28.2 x di atas 1 standar deviasi PER historis tiga tahun terakhir. Akibat melemahnya laba yang dipicu persaingan ketat dan belum pulihnya sektor properti. Namun bukan berarti SMGR tidak bisa naik akhir tahun ini. Kemungkinan naik tetap ada terlebih jika ada berita aksi korporasi atau pemulihan fundamental. Sedangkan PER dari ASII 16.1 x berada di area -1 standar deviasi PER historis tiga tahun terakhir sehingga valuasinya relatif murah dengan laba hingga kuartal III- 2018 yang tumbuh dibanding tahun lalu menjadikannya rekomendasi yang cukup aman. Bila investor terkendala menganalisa secara fundamental, masih ada cara mudah berinvestasi yaitu dengan diversifikasi. Yakni membeli lima besar saham yang disebutkan di atas dengan bobot investasi yang sama. Jika investor melakukannya maka harapan return yang didapat di bulan Desember sebesar 7,06%, lebih tinggi dari rata-rata return IHSG dan LQ 45 di bulan Desember.
Perlu diingat bahwa data yang dipaparkan di atas adalah berdasarkan kinerja historis yang belum tentu berulang. Namun setidaknya para investor bisa lebih mendapatkan gambaran peluang yang mungkin di dapat sehingga tidak terlalu bingung atau galau. Happy Investing!•
Parto Kawito Direktur PT Infovesta Utama Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Adi