KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kejayaan saham yang terafiliasi dengan taipan Prajogo Pangestu sudah mulai meredup. Bahkan saham-saham Grup Barito menjadi pemberat atau
laggard terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG). Sepanjang tahun berjalan ini, PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) sudah ambles 30,77% ke level Rp 5.175 per Senin (18/3). BREN telah menggerus 89,22 poin dari IHSG. Disusul oleh PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (
CUAN) yang anjlok 64,84% dan menghilangkan 36,35 poin IHSG. Kemudian ada PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (
GOTO) yang mengurangi 27,59 poin.
Berikutnya ada saham PT Barito Pacific Tbk (
BRPT) yang sudah terkoreksi 27,82% ke posisi Rp 960 per saham. Dengan kapitalisasi pasar senilai Rp 90 triliun, BRPT telah menggerus IHSG sebesar 24,01 poin.
Baca Juga: Sejumlah Saham Berhasil Menyentuh All Time High, Simak Rekomendasi Berikut Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada menilai penurunan harga saham Grup Barito ini salah satunya disebabkan oleh aksi
profit taking dari investor. "Kali ini, pelaku pasar sedang melakukan
rebalancing dengan saham lainnya, yang mana pelaku pasar beralih ke saham lainnya yang secara valuasi masih rendah," kata Reza kepada Kontan.co.id, Senin (18/3). Reza bilang, bukan berarti kinerja emiten Prajogo Pangestu ini memiliki kinerja yang jelek meski harga sahamnya melemah. Ambil contoh, BREN mencetak pendapatan sebesar US$ 445,29 juta per kuartal III-2023. Raihan tersebut meningkat 5,13% secara tahunan atau
year on year (YoY). Padahal per kuartal III-2022, anak usaha BRPT ini membukukan pendapatan sebesar US$ 423,51 juta. Dari sisi
bottom line, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk BREN mencapai US$ 84,47 juta. Raihan tersebut bertumbuh 12,40% dibandingkan posisi sebelumnya sebesar US$ 75,15 juta per September 2022.
Baca Juga: Inilah Saham Blue Chip yang Layak Dicermati Saat IHSG Ciptakan Rekor Tertinggi Frankie Wijoyo Prasetio, Head of Equity Trading MNC Sekuritas secara terpisah menambahkan pergerakan saham Grup Prajogo Pangestu yang tahun ini menjadi pemberat karena saham-sahamnya mengalami rally di 2023. Bahkan pada Desember 2023, BREN bahkan sempat menyalip PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA). Padahal BBCA merupakan emiten dengan kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam beberapa tahun terakhir. "Tahun lalu sudah mengalami
rally yang panjang sehingga valuasi dari emiten tersebut sudah mencapai yang tinggi. Untuk itu investor juga sedang melakukan
profit taking," kata Frankie.
Baca Juga: Perusahaan Milik Prajogo Pangestu TPIA Tuntaskan Penerbitan Obligasi Rp 1,5 Triliun Rekomendasi Saham
Meski memberatkan langkah IHSG, tetapi beberapa saham pemberat itu masih menarik untuk dicermati. Reza menilai BREN masih menarik dengan target harga di Rp 6.000 dan CUAN dengan target harga di Rp 5.450. PT Astra International Tbk (
ASII) juga tercatat menjadi pemberat IHSG sepanjang 2024 berjalan ini. Per Senin (18/3), ASII sudah terkoreksi 8,8% dan menggerus IHSG sebanyak 22,56 poin. Frankie menilai pelemahan harga saham ASII disebabkan oleh masuknya salah satu raksasa otomotif asal China yang berpotensi merenggut pangsa pasar Grup Astra.
Namun harga saham ASII sudah masih lebih rendah dibandingkan 2019. Menurut Frankie, hal tersebut adalah sebuah anomali yang mungkin bisa dimanfaatkan oleh investor. Untuk investor jangka menengah-panjang, ASII dengan valuasi yang
undemanding seperti saat ini boleh dijadikan pilihan dengan target harga di Rp 6.400. Reza juga menilai ASII menarik dicermati dengan target harga di Rp 5.900, PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA) di Rp 2.600 dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dengan target harga di Rp 1.600 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati