KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (
SSMS) pada kuartal I/2021 mengantongi laba bersih yang belum diaudit sebesar Rp 178,23 miliar angka ini melonjak dari rugi bersih Rp 338,79 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. SSMS dinilai berhasil mengembalikan kinerja keuangan di masa pandemi selama Januari-Maret 2021, dan mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 18,57% atau menjadi Rp 1,08 triliun dari Rp 918 miliar di kuartal I/2020. Saat ini, menurut Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis dalam risetnya yang dirilis pada 22 Juni 2021, SMSS mengelola lebih dari 81.000 ha perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah, dengan rata-rata usia pohon 11 tahun, termuda dibandingkan dengan perusahaan CPO lain di Indonesia.
Baca Juga: Sawit Sumbermas (SSMS) Ketiban Rezeki Kenaikan Harga CPO Perkebunan yang dikelola SMSS menurut Edward terkonsentrasi dalam radius 60 km dan juga dekat dengan infrastruktur utama yang membuat transportasi lebih efisien dan membuat kualitas CPO lebih berkualitas. Efisiensi SMSS menurut Edward juga dilihat dari biaya produksi yang lebih rendah, sekitar US$ 200 per ton, lebih rendah dibandingkan dengan peers yang biaya produksinya rata-rata mencapai US$ 280 – 290 per ton. Saat ini, perusahaan bertujuan untuk meningkatkan kepemilikannya di PT Citra Borneo Utama (CBU), sebuah perusahaan kilang minyak sawit dengan 600.000-700.000-ton kapasitas pemrosesan. Saat ini SMSS memiliki 32% kepemilikan di CBU dan di tahun ini menargetkan untuk bertumbuh setidaknya sampai 50% kepemilikan. SMSS dinilai akan mendapatkan pendapatan yang kuat di tahun ini, terutama karena harga jual CPO yang sedang melonjak. Edward memperkirakan laba bersih SMSS di tahun 2021 akan mencapai Rp 1,19 triliun atau naik sebanyak 107% secara yoy. Sedangkan pendapatan dinilai akan naik sebanyak 37,67% secara yoy, menjadi Rp 5,5 triliun dari Rp 4 triliun. Analis BRI Danareksa Sekuritas Andreas Kenny dalam risetnya yang dirilis pada 6 April 2021, menilai pendapatan perusahaan di tahun 2021 akan meningkat sebesar 19,6%.
Ia memperkirakan pendapatan akan berada di angka Rp 4,7 triliun dengan laba bersih yang naik sebanyak 42,98% secara yoy menjadi Rp 825 miliar.
Baca Juga: Simak rencana bisnis SSMS dan DSNG di tengah naiknya harga CPO Hal ini didasarkan oleh harga CPO yang menurutnya akan lebih tinggi daripada tahun 2020. Naiknya harga CPO di tahun ini, dikarenakan cuaca yang relatif baik. Kenny juga memperhitungkan harga tandan buah sawit (TBS) yang sedikit lebih rendah, dan pertumbuhan produksi inti naik sebanyak 7,4% secara yoy, dengan pertumbuhan produksi CPO 12,7%. Andreas Kenny menambahkan bahwa harga CPO yang tinggi dan pertumbuhan penjualan yang kuat akan menghasilkan pertambahan yang baik bagi alur kas bebas (FCF) kumulatif selama 3 tahun, karena FCF yang meningkat sebanyak Rp 596 miliar. Ia juga menilai bahwa ini akan menyisakan ruang bagi SSMS untuk menurunkan pinjaman jangka pendek, dan pembayaran pokok terjadwal, dan juga pembayaran obligasi global parsial bersama dengan pembayaran dividen 30%, sehingga akan menurunkan biaya bunga lebih lanjut. Edward menilai ada risiko yang membayangi SSMS di tahun ini, seperti kontraksi harga CPO, output yang lebih rendah dari perkiraan, dan risiko tata kelola.
Baca Juga: Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) bagikan dividen Rp 30,49 per saham, berikut jadwalnya Untuk saham SMSS sendiri secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana Herditya menyarankan pelaku pasar dapat mencermati resistance terdekat di Rp 870 per saham. Menurutnya apabila SMSS mampu
break dari level tersebut maka diperkirakan untuk target SMSS berada di angka Rp 930 per saham hingga Rp 1.030 per saham. Edward merekomendasikan beli SMSS dengan target harga Rp 1.080 per saham, Andreas Kenny merekomendasikan beli dengan target harga Rp 1.900 per saham. Herditya menyarankan
buy on weakness dengan target harga Rp 930 per saham – Rp 1.030 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto