KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks sektor properti dan real estat masih terkoreksi 8,51% dari awal tahun hingga perdagangan Senin (29/8). Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75% turut menjadi katalis negatif untuk sektor properti. Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Desy Israhyanti memprediksi BI akan kembali mengerek suku bunga acuan di sisa semester 2-2022. Terlebih, kebijakan harga bahan bakar yang diproyeksi naik dalam waktu dekat ini dapat memicu inflasi. Sehingga kebijakan mengerek suku bunga akan dilakukan dengan harapan mampu meredam peningkatan inflasi. Desy melihat kenaikan suku bunga ini akan mempengaruhi kinerja emiten properti untuk jangka menengah.
Lebih lanjut Desy memproyeksi kinerja emiten properti tahun ini berpotensi mengalami penurunan. Penurunan daya beli masyarakat juga menjadi tantangan untuk sektor properti.
Baca Juga: Saham ADMR Dinilai Atraktif, Simak Rekomendasi Saham dan Target Harganya "Untuk sektor ini saya melihat cenderung banyak katalis negatif ketimbang positifnya," ujar Desy pada Kontan, Senin (29/8). Sementara itu, katalis positif berupa insentif PPN rumah akan berakhir September 2022 mendatang. Meningkatnya mobilitas masyarakat seiring dengan melandainya kasus Covid-19 menjadi sentimen positif untuk emiten properti, terutama emiten properti yang mengelola pusat perbelanjaan. Secara keseluruhan, Desy masih belum merekomendasikan saham sektor properti untuk jadi pilihan investasi. Hanya saja, untuk pelaku pasar yang ingin memanfaatkan momentum bisa mencermati saham PT Puradelta Lestari Tbk (
DMAS). Menurut Desy, DMAS menarik lantaran memiliki diversifikasi bisnis pengembangan lahan industri. Seperti diketahui, DMAS tengah meningkatkan penjualan lahan pada tahun ini. Manajemen DMAS optimistis permintaan lahan industri untuk kebutuhan bisnis
data center semakin tinggi, meski harga lahannya mulai merangkak naik.
Baca Juga: Harga Masih Terdiskon, Cermati Prospek Saham Properti dan Rekomendasi Analis "Menurut kami, hal tersebut membuat DMAS menarik dan menjadi katalis positif yang dapat menopang pendapatannya," tambah Desy.
Adapun target DMAS ada di Rp 200 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi