KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komoditas batubara diperkirakan masih menjadi primadona pekan ini. Hal ini seiring dengan perkiraan yang lebih tinggi untuk pertumbuhan produksi industri China bulan November. Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan meyakini konsumsi energi China akan tetap solid. Karena itu, permintaan batubara China juga masih akan tetap solid. Sebagai catatan, sekitar 70% dari total output energi Negeri Panda berasal dari pembangkit listrik thermal, yang membutuhkan batubara sebagai sumber bahan bakar.
Sentimen lain datang dari ketegangan hubungan China dengan Australia. Mirae Asset menilai ekspor batubara Australia ke China akan semakin melambat dalam waktu dekat. Di sisi lain, ekspor batubara Indonesia ke China akan meningkat dalam waktu dekat. Secara keseluruhan, harga batubara global akan diperdagangkan lebih tinggi pekan ini. “Dalam pandangan kami, PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan saham terkait batubara lainnya akan menarik pekan ini,” tulis Andy dalam riset, Selasa (15/12). Komoditas lain yang harganya akan bersinar antara lain adalah nikel. Diperkirakan, Dengan persediaan nikel di bursa London Metal Exchange (LME) akan lebih rendah pekan ini. Sebelumnya, persediaan nikel LME untuk 11 Desember meningkat menjadi 243.180 ton, dari pekan sebelumnya sebesar 242.562 ton. Selain itu, persediaan tembaga di LME juga akan turun pekan ini.
Baca Juga: Harga emas kembali naik, ditopang stimulus AS dan antisipasi kebijakan The Fed Ini akan menjadi risiko kenaikan harga nikel global karena harga tembaga dan nikel memiliki korelasi positif yang kuat. Sebagai catatan, pada 11 Desember, persediaan tembaga LME sebesar 146.235 ton atau turun 2,2% secara mingguan. Sehingga, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), saham PT Timah Tbk (TINS), dan saham terkait nikel dan timah lainnya akan menarik pekan ini. Di sisi lain, harga komoditas emas diproyeksikan kurang atraktif pekan ini seiring perkiraan menguatnya daya beli di Amerika Serikat (AS). Konsensus memperkirakan angka
housing starts di bulan November mulai relatif datar di 1,53 juta unit. Sementara itu, konsensus juga memperkirakan klaim pengangguran awal AS untuk periode 12 Desember akan turun menjadi 823.000 orang, dari pekan sebelumnya di 853.000 orang.
Lebih lanjut, konsensus juga memperkirakan bahwa Bank Sentral The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan di 0,25% untuk bulan Desember. Sementara itu, komoditas minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) akan diperdagangkan dua arah pekan ini. Produksi CPO Malaysia bulan November sebesar 1,5 juta ton atau menurun 13.5% secara bulanan dan turun 3,0% secara tahunan. Ini akan menjadi risiko kenaikan harga CPO global untuk pekan ini. Di sisi lain, angka ekspor CPO Malaysia bulan November menjadi 1,3 juta ton atau menurun 22,2% secara bulanan dan menurun 7,3% secara tahunan. Dengan demikian, hal tersebut akan menimbulkan risiko penurunan harga CPO global untuk pekan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi