Saham teknologi AS mulai berguguran, siapa yang terparah?



KONTAN.CO.ID -NEW YORK. Saham-saham perusahaan teknologi mulai berguguran. Setelah sempat menjadi favorit para investor saat pandemi berkecamuk, di awal tahun ini saham gacoan di sektor teknologi mulai melorot. 

Mengutip Reuters Selasa (9/3),  para investor tampaknya mulai melihat harga-harga saham teknologi terlalu tinggi. Perusahaan-perusahaan teknologi mengalami penurunan sejak indeks Nasdaq mengalami puncaknya pada 12 Februari.  Penurunan paling parah yerjadi di saham Tesla turun lebih dari 30% sejak rekor tertingginya pada 26 Januari lalu. Hal ini menjadi ketiga kalinya dalam kurun waktu satu tahun saham pembuat mobil listrik ini  mengalami koreksi secara dramatis.

Pada penutupan perdagangan Senin (8/3), saham Tesla turun lebih dari 4%. Penurunan ini disebabkan oleh kekhawatiran investor terkait kenaikan suku bunga sehingga mengurangi kepemilikan saham-saham bernilai tinggi dalam beberapa pekan terakhir.  Selain itu, penurunan saham Tesla juga diperkirakan karena salah satu cuitan twitter dari Chief Executive Tesla Elon Musk yang mengatakan bahwa Cybertruck yang sudah direncanakan baru akan diberikan pada kuartal kedua. Penurunan terparah lainnya terjadi di Apple yang di tahun ini turun hampir 13%. Penurunan ini terparah sejak November tahun lalu. Salah satu investor kawakan Warren Buffet pun sudah melepas saham Apple ini.  Lalu saham Microsoft Corp, Amazon.com Inc, dan Facebook Inc yang turun kurang dari 10%


Sementara saham-saham non teknologi mengalami kenaikan signifikan pada perdagangan hari Senin (8/3) lalu. Kenaikan tertinggi dipimpin oleh Walt Disney CoSBegitu saham Cisco, Walgreens Boots Alliance dan Visa juga melesat Untuk tahun ini, indeks Nasdaq turun 2,2%, sedangkan S&P 500 dan Dow masing-masing naik 1,7% dan 3,9%.

Perbedaan kinerja Dow dan Nasdaq ini menunjukkan kecenderungan investor yang semakin menjauh dari saham-saham teknologi. Investor mulai melirik saham-saham yang terkait dengan pemulihan ekonomi yang kuat pasca persetujuan paket stimulus AS senilai US$ 1,9 triliun. 

"Ini adalah tren yang cenderung terjadi saat keluar dari resesi: Anda cenderung melihat saham bergerak ke arah siklus. Dan yang terjadi tahun lalu adalah, perusahaan teknologi itu benar-benar melakukannya dengan sangat baik sehingga harga mereka menjadi sangat tinggi," ujar Courtney Dominguez analis Payne Capital. n

Editor: Lamgiat Siringoringo